TEMPO.CO , Beijing - Seorang bintang televisi di Cina harus menghadapi hukuman berat setelah membuat lelucon tentang mantan pemimpin revolusi Cina, Mao Zedong, dalam sebuah video.
Seperti dikutip BBC, Senin, 10 Agustus 2015, media pemerintah melaporkan, Bi Fujian, yang menyanyikan sebuah lagu parodi dalam sebuah acara makan-makan, dianggap telah menghina mantan pemimpin besar Cina itu dalam kritikannya yang keras dan telah di-posting secara online pada April 2015.
Fujian dilarang untuk tampil dalam acara apapun setelah insiden itu, yang segera juga memicu kontroversi besar.
Dalam berita terbaru, BBC yang mengutip Harian Rakyat, mengatakan para pejabat telah memerintahkan majikan Fujian (bos CCTV) untuk menghukum dia atas "pelanggaran serius disiplin politik".
Fujian adalah penyiar pertunjukan acara tahunan tahun baru di CCTV yang sangat populer dan paling dikenal di Cina sebagai pembawa acara pertunjukan bintang berbakat Boulevard.
Dalam video tersebut, ia terlihat menyanyikan lagu dari opera era-Mao, Taking Tiger Mountain by Strategi, dengan lirik yang dimodifikasi. Pada satu titik ia menyanyikan kata-kata "Ketua Mao", kemudian menambahkan: "Mari kita tidak bicara tentang anak dari jalang ini lagi, dia menyebabkan kita mengalami banyak penderitaan."
Pernyataan terakhirnya di akun microblog Weibo pada April adalah meminta maaf atas insiden itu. Fujian mengatakan bahwa pernyataannya telah menciptakan konsekuensi yang secara serius merugikan. "Sebagai figur publik, saya seharusnya menyadari pemahaman saya dan belajar untuk memiliki standar tinggi dan disiplin yang ketat pada diri saya," tulis Fujian.
Namun, berita tentang hukuman itu telah disambut dengan reaksi beragam di Weibo. Beberapa mengkritik kurangnya kebebasan berbicara, sementara yang lain mengatakan bahwa Fujian harus dihukum.
Beberapa mencatat tindakan keras pada Fujian mengingatkan pada praktek pembersihan brutal atas perbedaan pendapat selama Revolusi Kebudayaan yang dipimpin Mao.
"Dia agak terlalu berlebihan, tapi ia hanya berbicara di meja makan dan seseorang mengatakan pada dirinya: jika hal itu bukan Revolusi Kebudayaan, lalu apa?" kata pengguna dengan nama Me Lixiumei.
Mao, yang memimpin negara melalui Revolusi Kebudayaan, tetap menjadi subyek perdebatan yang hangat di kalangan warga Cina hingga saat ini. Meski Cina secara resmi mengakui beberapa kesalahan yang dilakukan Mao, ia tetap sangat dihormati dan menghina dia dan para pemimpin lainnya adalah tabu.
BBC | MECHOS DE LAROCHA