TEMPO.CO, Washington—Eks ketua tim kampanye Trump semasa pemilihan presiden Amerika lalu, Paul Manafort, dituding terlibat skandal pencucian uang di Ukraina sebesar Rp 10 miliar.
Seperti dilansir TIME, Rabu 22 Maret 2017, Serhiy Leshchenko, anggota parlemen Ukraina mengungkap dokumen yang menyebut Manafort menerima uang sebesar US$ 750 ribu atau sekitar Rp 10 miliar dari partai pro-Rusia di Ukraina pada 2009 untuk pembelian komputer atas nama perusahaan Davis Manafort.
Baca: FBI Selidiki Persekongkolan Trump-Rusia Sejak Juli Lalu
Dana pembayaran yang ditulis dalam buku akuntansi Partai Wilayah Ukraina yang dipimpin bekas presiden Viktor Yanukovych, berasal dari sebuah perusahaan cangkang di Belize melalui bank di Kyrgyzstan.
Leshchenko yang pernah menjadi jurnalis investigasi menyebut pembayaran ini adalah upaya cuci uang dari pembayaran jasa Manafort sebagai penasihat Yanukovych.
Kedekatan Manafort dengan Yanukovych menjadi panas saat musim kampanye pilpres Amerika lalu. Meski mengakui bekerja untuk Yanukovych, Manafort membantah dirinya dibayar oleh bekas politikus Ukraina pro-Rusia itu.
Presiden Yanukovych digulingkan dalam aksi massa besar-besaran di Ukraina pada 2014.
Jason Maloni, juru bicara Manafort, menyebut tuduhan ini tidak beralasan.
Namun, tuduhan terbaru ini membuat situasi politik di Amerika memanas.
Manafort dipaksa mundur dari tim kampanye Trump pada Agustus 2016 setelah terbukti memiliki kedekatan dengan Yanukovych.
Manafort juga menjadi satu dari sekian orang anggota tim kampanye Trump yang tengah diselidiki Badan Penyelidik Federal atau FBI dalam dugaan persekongkolan Rusia dengan Trump pada kampanye pilpres Amerika.
Akibat dugaan persekongkolan itu, Donald Trump berhasil mengalahkan rivalnya Hillary Clinton dan menjadi presiden Amerika Serikat.
Direktur FBI James Comey untuk pertama kali mengakui penyelidikan ini dalam rapat dengan Komite Intelijen Kongres pada Senin lalu.
BBC | TIME | AP | SITA PLANASARI AQUADINI