TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria mengenakan sabuk bom melakukan aksi bunuh diri di markas militer NATO terbesar di Afganistan pada Sabtu , 12 November 2016, pukul 05.30. Sedikitnya empat orang tewas dan 14 orang lainnya terluka dalam serangan bom bunuh diri di Bagram Airfield tersebut.
Saat itu, orang-orang sedang berkumpul untuk mengikuti acara lari gembira memperingati Hari Veteran. Ledakan mendadak terdengar kencang.
"Pelaku bom bunuh diri memilih waktu dan tempat itu karena dia mencari peluang untuk menghasilkan dampak yang terburuk," ujar NATO dalam rilisnya, seperti dikutip dari Reuters.
Baca:
Putin Mundur Sebagai Presiden Rusia Tahun 2017, Mengapa?
Unjuk Rasa Terbesar Sejak 1990-an Pecah di Korea Selatan
Setelah ledakan bom bunuh diri, markas militer NATO langsung ditutup. Keamanan ketat berlapis diberlakukan di Bagram Airfield, termasuk menggunakan pemindai retina.
Belum ada penjelasan siapa pelaku bom bunuh diri dan bagaimana ia bisa memasuki markas militer NATO dengan mengenakan sabuk berisi bom. Namun media setempat memberitakan pelaku berpakaian layaknya seorang pekerja memasuki markas NATO.
Beberapa jam setelah ledakan terjadi, Taliban mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom bunuh diri di markas angkatan udara NATO di Bagram, sebelah utara Kabul, ibu kota Afganistan tersebut.
Klaim Taliban disampaikan oleh juru bicaranya, Zabihullah Mujahid, melalui akun Twitter-nya. Namun tidak dijelaskan motif peledakan itu.
Dua hari sebelumnya, terjadi ledakan bom bunuh diri di Konsulat Jerman di Kota Mazar-i-Sharif pada Kamis malam, 10 November. Sedikitnya empat orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka.
Taliban mengatakan, ledakan di Konsulat Jerman merupakan balasan atas serangan udara pasukan Jerma di dekat Kota Kunduz pekan lalu yang menewaskan lebih dari 30 warga sipil Afganistan.
NBC NEWS | REUTERS | MARIA RITA