TEMPO.CO, Moskow - Dinas intelijen Rusia FSB mengatakan telah menahan seorang mata-mata senior Ukraina karena kedapatan tengah mengumpulkan informasi rahasia terkait lembaga pertahanan dan keamanan negaranya.
FSB, pengganti polisi rahasia KGB, mengidentifikasi pria yang ditahan itu adalah Roman Sushchenko. FSB mengungkapkan bahwa Sushchenko adalah seorang kolonel bidang intelijen pada kementerian pertahanan Ukraina.
"Warga negara Ukraina itu bergerak, terutama untuk mengumpulkan informasi rahasia terkait angkatan bersenjata Rusia dan pasukan Garda Nasional. Kebocoran soal informasi tersebut berpotensi melemahkan pertahanan negara," kata FSB dalam komentar yang disiarkan televisi pemerintah, Rossiya 24, Senin, 3 Oktober 2016.
Rossiya memperlihatkan gambar seorang pria paruh baya dengan tangan diborgol. Video tersebut diambil oleh FSB, kata Rossiya. "Kami menyangkal tuduhan ini. Ia tak terkait dengan kami," kata seorang juru bicara intelijen militer Ukraina saat dimintai komentar.
Namun, kantor berita Pemerintah Ukrinform mengatakan Sushchenko merupakan korespondennya di Prancis yang datang ke Moskow untuk “kunjungan pribadi" ketika ia ditangkap pada 30 September.
Baca Juga:
Sushchenko adalah seorang wartawan dengan "reputasi tanpa cacat". Dengan penahanan Sushchenko, Pemerintah Rusia telah melakukan hal yang ilegal dan "tak tahu malu" terhadap warga Ukraina, kata Ukrinform.
Kantor berita Rusia menyebut pengadilan Moskow telah menetapkan Sushchenko sebagai tersangka kasus spionase dan menempatkannya dalam penjara selama dua bulan sebelum diadili pada persidangan.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Sushchenko tak memiliki visa wartawan saat memasuki wilayah negara tersebut.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menyatakan protes terhadap penahanan Sushchenko. Kementerian mengatakan ia mengunjungi Rusia untuk menemui kerabat dekatnya. Tuduhan bahwa Sushchenko itu mata-mata dinilai "tak benar".
Ketegangan antara Moskow dan Kiev semakin tinggi sejak 2014, setelah Rusia mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina dan pemberontakan separatis pro-Rusia meletus di wilayah timur Ukraina. Pencaplokan terjadi setelah Presiden Ukraina yang pro-Rusia dijatuhkan melalui unjuk rasa besar-besaran.
ANTARA