TEMPO.CO, Sanaa - Mantan pemimpin militan pemberontak Houthi di Yaman yang membelot untuk mendukung pemerintah, membeberkan segala kebusukan yang terdapat dalam kelompok yang didukung Iran tersebut.
Dalam satu pernyataan, Ali al-Bikhaiti, yang merupakan mantan juru bicara kelompok beraliran Syiah tersebut mengungkapkan bahwa kelompoknya tidak mengamalkan nilai-nilai Al-Quran seperti moral dan pengampunan.
"Mereka mulai melakukan tindakan pembalasan yang membuktikan bahwa mereka hanya kelompok bersenjata tanpa moral serta nilai-nilai Al-Quran," kata Ali al-Bikhaiti seperti dilansir Al Arabiyah pada 4 Juli 2016.
Bikhaiti, yang juga merupakan anggota komite politik gerakan itu mengakui bahwa pembelotan yang ia lakukan setelah menemukan fakta tersebut dari pimpinan milisi Houthi. Dia juga menuduh Houthi membunuh tawanan perang dengan kejam.
Niatnya semakin bulat untuk berbelot setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, pembunuhan keji terhadap seorang tentara brigadir Yaman, Hamid al-Qushaibi, pada Juli 2014. Milisi Houthi memamerkan jenazah pria berusia 70 tahun tersebut di jalan yang disaksikan khalayak umum.
"Houthi menjarah semua isi rumah dan kemudian mengebomnya," kata Al-Bikhaiti. Pengungkapan mengenai kekejaman Houthi tersebut dibuat Bikhaiti guna mendapatkan maaf dari pemerintah Yaman.
PBB mengatakan lebih dari 6.400 orang telah tewas di Yaman sejak Maret 2015, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Meskipun intervensi militer yang dipimpin Arab Saudi telah diluncurkan sejak tahun lalu dalam mendukung pemerintahan Abed Rabbu Hadi yang diakui secara internasional, tapi milisi Houthi dan sekutu mereka tetap mengendalikan banyak wilayah strategis utama, termasuk ibu kota Sanaa.
AL ARABIYAH | YON DEMA