TEMPO Interaktif, TRIPOLI -- Panglima Unit Pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC) Abdul Salam Javallah mengatakan telah berhasil membuat pemimpin Libya terguling Kolonel Muammar Qadhafi, 69 tahun, terpojok. "Mereka tersudut di pinggir pantai di area seluas 2 kilometer persegi," ujar Javallah. "Mereka masih terus melakukan perlawanan."
Namun anggota NTC, Moussa Al Koni, menyebut Qadhafi terdesak ke kawasan segitiga, yang berada di sebelah barat daya Libya. "Wilayah gurun pasir dan pegunungan," kata Al Koni. Menurut dia, dari wilayah itu Qadhafi dan pengikutnya bisa meloloskan diri ke Aljazair, Niger, dan Mali. "Wilayah itu berada di luar kendali kami," Al Koni menambahkan.
Yang pasti, kata Omar Abu Lifa, Panglima Unit Pasukan NTC yang menyerbu Sirte dari barat, 90 persen wilayah kampung halaman Qadhafi itu berhasil diduduki. Dalam dua malam pertempuran, sudah lebih dari 20 orang tewas dan sekitar 87 lainnya luka-luka. Menurut saksi mata, pertempuran di Sirte berlangsung sengit. "Moral pasukan Qadhafi sangat tinggi," ujar Salam Awad, saksi mata yang melihat pasukan Qadhafi menghancurkan 10 pikap milik pasukan NTC.
"Mereka ini sudah siap mati." Pendukung Qadhafi memang masih banyak dan tersebar. Tapi mereka tak berani menonjolkan diri. "Kami tak bisa omong," kata seorang ibu rumah tangga di Tripoli.
Tak sedikit pula yang menganggap pemerintahan sekarang ini sama saja dengan Qadhafi. "Ah, mereka ini tak lebih baik dari Qadhafi," kata Huda, seorang dokter di salah satu rumah sakit di Libya. Gara-garanya ia melihat pasukan NTC memerintahkan orang yang masuk ke rumah sakit untuk menginjak foto besar Qadhafi yang kini menjadi alas lantai itu.
"Kalau Anda menolak berjalan di atas poster itu, Anda akan dimaki-maki," kata Huda. "Mana yang namanya demokrasi? Semua ini bohong belaka!" Qadhafi memang masih menjadi ganjalan. Sebelum NTC bisa menangkap atau membunuhnya, Libya sulit untuk disatukan. Karena itu, Ketua NTC Mustafa Abdul Jalil berharap bisa segera menguasai penuh Sirte.
"Atas perkenan Tuhan," kata Jalil. Sebab, kata dia, Sirte adalah simbol kemenangan yang signifikan. Karena dari kota nelayan bisa menjadi kota kedua terbesar setelah Tripoli. Di kota ini Qadhafi mendirikan vila, hotel, dan sejumlah tempat untuk menggelar konferensi berskala internasional. "Harapan kami dalam pekan ini Sirte bisa kami kuasai penuh," tutur Jalil.
| AP | TELEGRAPH | REUTERS | ANDREE PRIYANTO