TEMPO.CO, SULU – Dua pegawai negeri Filipina akhirnya dibebaskan oleh kelompok radikal Abu Sayyaf pada Ahad malam, 30 April 2017, di Sulu.
Mereka dibebaskan karena terlalu miskin untuk membayar tebusan.
Seperti dilansir Inquirer, Senin, 1 Mei 2017, Alriznor Halis, seorang sopir dari Kota Luuk; dan Aljimar Ahari, asisten sopir dari Kota Indanan, dibebaskan pada Ahad malam, sekitar pukul 20.30, setelah diculik selama enam jam.
Baca: Gembong Abu Sayyaf Tewas, Kemlu RI Pastikan Keselamatan WNI
Menurut Brigadir Jenderal Cirilito Sobejana, Komandan Satuan Gabungan Sulu (JTFS), kedua pegawai kontrak pemerintah ini diculik dari wilayah Patikul.
Setelah penculikan, Abu Sayyaf menghubungi keluarga korban dan menuntut tebusan sebesar 2 juta peso atau Rp 5,3 miliar.
“Tapi, saat ayah korban menegaskan bahwa ia hanya memiliki uang 20 peso di kantongnya, Abu Sayyaf mungkin berpikir percuma menculik mereka untuk memperoleh tebusan,” kata Sobejana.
Baca: Pentolan Abu Sayyaf Tewas dalam Operasi Militer Filipina
Namun Sobejana juga menduga pembebasan keduanya terkait dengan hal lain. Seperti diakui kedua korban, insiden penculikan ini ada kemungkinan juga untuk mengalihkan pengejaran militer dari beberapa anggota Abu Sayyaf.
Kedua korban kemudian ditemukan tentara sedang berkeliaran tak tentu arah di jalan. Dengan pembebasan kedua pria ini, korban penculikan Abu Sayyaf di Sulu menjadi 19 orang. Sedangkan korban warga asing yang masih disandera Abu Sayyaf mencapai 27 orang, 7 di antaranya dari Indonesia.
INQUIRER | SITA PLANASARI AQUADINI