TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf diperkirakan akan memperbaharui sistem pergerakannya menyusul kematian salah satu komandannya, Al Habsi Misaya. Termasuk merekstrukturisasi kepemimpinan baru serta merancang strategi baru dalam aksi terornya.
Kepala Pusat Penelitian Keamanan Strategis Universitas Malaysia Sabah, UMS, Dr Zaini Othman memperingatkan tentang kemungkinan dalam waktu dekat para militan akan berkumpul kembali. Mereka akan tampil di bawah wajah yang berbeda atau mengubah modus operandi mereka untuk melakukan tindakan teror, termasuk penculikan.
Baca juga: Pentolan Abu Sayyaf Tewas dalam Operasi Militer Filipina
"Saya kira mereka akan berkumpul kembali di antara mereka sendiri dan melakukan perubahan taktis dalam menghadapi kolaborasi keamanan antara Malaysia, Filipina dan Indonesia," kata Zaini, seperti yang dilansir pada 2 Mei 2017.
Zaini menambahkan agar ketiga negara yang bekerjasama dalam menumpas kelompok Abu Sayyaf, Indonesia-Malaysia-Fillipina, tidak cepat puas dengan tewasnya Al Habsi Misaya.
Baca juga: Presiden Duterte Bersumpah Makan Hati Teroris yang Tertangkap
Al Habsi Misaya mengumpulkan kekayaan melalui penculikan lintas batas. Ia tewas pada Jumat malam, 28 April 2017 dalam pertempuran di hutan antara Kota Indanan dan Parang di wilayah Sulu, Filipina Selatan. Dia diduga menjadi dalang yang mendanai kelompok penculikan lintas batas.
Dia juga salah satu Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom), pimpinan Abu Sayyaf yang paling dicari militer Filpina.
Sumber intelijen mengatakan beberapa pemimpin Abu Sayyaf lainnya yang masuk dalam daftar Esscom, termasuk Sarip Muna dan Halipa, masih terus bergerak dengan merancang kejahatan lainnya.
Militer Filipina menyakini jumlah militan Abu Sayyaf telah menurun, tersisa sekitar 150 hingga 200 orang.
THE STAR|YON DEMA