TEMPO.CO, London— Motif serangan teror London terungkap setelah polisi Inggris berhasil melacak pesan terakhir Khalid Masood, sang pelaku, di dunia maya.
Seperti dilansir Independent, Jumat 28 April 2017, melalui pesan Whatsapp yang dikirim sesaat sebelum serangan maut yang menewaskan 5 orang itu, Masood mengatakan ia melakukan jihad dalam rangka membalas aksi militer Barat di Timur Tengah.
Baca Juga:
Baca: Polisi Inggris Menduga Teroris Islam Dalang Serangan London
Pesan yang ditinggalkan Masood, 52 tahun, di layanan pesan Whatsapp menunjukkan motivasinya melakukan serangan yang membunuh lima orang dan melukai 50 lainnya di dekat Gedung Parlemen di Westminster, London pada 22 Maret 2017.
Orang yang menerima pesan itu telah dimintai keterangan secara intensif, tetapi dibebaskan setelah polisi dan MI5 menyimpulkan bahwa dia tak terkait dengan insiden serangan 22 Maret itu.
Masood yang terlahir sebagai Adrian Elms di Dartford, Kent, mengirim pesan Whatsapp pada pukul 14.37 waktu setempat, dua menit sebelum menabrak kerumunan orang di Jembatan Westminster dan empat menit sebelum dia ditembak mati petugas di luar Istana Westminster.
Akses ke pesan Masood menurut seorang sumber di dalam penyelidikan, diperoleh berkat kombinasi dari kecerdasan manusia dan teknis.
Hal itu dimungkinkan karena telepon genggam Masood ditemukan setelah dia ditembak mati.
Baca: Saksi Mata Ungkap Ciri-ciri Fisik yang Diduga Pelaku Teror London
Rincian metode yang digunakan tidak dapat diungkapkan karena alasan keamanan. Namun, sumber yakin pihaknya sekarang memiliki keahlian teknis untuk mengulangi prosesnya di masa depan.
Sebelas orang yang ditangkap menyusul serangan itu juga dibebaskan dan telah dibersihkan dari penyelidikan kasus tersebut.
Ancaman teror masih berlanjut di London. Pada pada Rabu malam polisi kembali menangkap seorang pria bersenjata pisau yang diduga hendak merencanakan serangan teror.
DAILY MAIL | THE INDEPENDENT | SITA PLANASARI AQUADINI