TEMPO.CO, Manila - Kapal perang Angkatan Laut Rusia tiba di Filipina pada Kamis kemarin untuk latihan bersama. Ini upaya Presiden Rodrigo Duterte membuat ikatan keamanan baru di bawah perubahan kebijakan luar negeri untuk menjauhi sekutu lamanya, Amerika Serikat.
Seperti dilansir PhilStar, Jumat, 21 April 2017, kapal penjelajah berpeluru kendali Varyag bersama kapal tangki bahan bakar Pechenge sedang dalam kunjungan empat hari ke Manila, pelabuhan kedua persinggahan kapal perang Rusia dalam tiga bulan.
Baca: Filipina Minta AS Hapus Nama Pemimpin Maoist Sebagai Teroris
Juru bicara AL Filipina, Lued Lincuna, menyatakan Filipina berharap belajar dari Rusia selama pelatihan serta pertunjukan peralatan dan persenjataan canggih.
Jadwal itu meliputi pelatihan dan olahraga dengan kapal utama armada Pasifik Rusia tersebut, ditambah pementasan oleh awak asal Rusia di taman.
Komandan Rusia Kapten Alexsei Ulyanenko menyatakan persinggahan pelabuhan tersebut akan memperkuat hubungan kedua negara dan menjaga ketenangan di kawasan itu.
Langkah itu adalah bagian dari yang digambarkan Duterte sebagai perwujudan amanat hukum kebijakan luar negeri mandiri.
Dia tidak merahasiakan dendamnya terhadap Amerika serta memutuskan berteman dengan Rusia dan Cina. Itu menjadi pengutamaannya dalam upaya keberagamannya.
Ini dipicu oleh kecaman Washington dan negara-negara Barat terkait dengan perang narkoba Duterte yang telah menewaskan ribuan orang, termasuk warga sipil dan anak-anak.
Moskow ingin membantu Manila melawan garis keras dan pembajakan serta meningkatkan kerja sama dan pelatihan di Filipina dengan merangkul tokoh mantan penjajahnya, Amerika.
Baca: Dianggap Melecehkan, Filipina Kecam Drama Seri TV Amerika
Hubungan tersebut diperkirakan berkembang lebih lanjut pada bulan depan ketika Duterte dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyaksikan penandatanganan perjanjian pertahanan di Moskow.
Ketika Duterte bertemu dengan Putin untuk pertama kalinya tahun lalu, pemimpin Filipina itu berbicara panjang tentang yang disebutnya kemunafikan Amerika Serikat.
Duterte memerintahkan menteri pertahanannya melihat bagaimana Filipina dapat memperoleh peralatan militer modern dari Rusia, seperti pesawat nirawak, perlengkapan penglihatan malam, senapan runduk, dan helikopter.
PHILSTAR | ASIAN TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI