TEMPO.CO, Baghdad - Wakil Presiden Irak Ayad Allawi menyatakan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS terpuruk dan berupaya meminta bantuan kelompok teroris Al-Qaeda.
Allawi mendapatkan informasi itu dari intelijennya bahwa dua kelompok teror tersebut tengah berbicara terkait dengan kemungkinan beraliansi.
Baca juga: Pemimpin ISIS, Al-Baghdadi, Akui Kalah di Irak
“Perundingan telah dimulai. Ada sejumlah dialog antara utusan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, dan utusan pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri," kata Allawi, seperti dilansir Sydney Morning Herald pada Selasa, 18 April 2017.
Namun Allawi menuturkan masih belum jelas bentuk kerja sama seperti apa yang dibicarakan dua kelompok tersebut.
Baca juga: Kuburan Massal Kekejaman ISIS Ditemukan di Irak
ISIS awalnya terbentuk dengan menjadi cabang Al-Qaeda di Irak pada 2004, tapi kemudian memisahkan diri dari kelompok induknya. Malah keduanya menjadi saingan, terutama terkait dengan masalah perekrutan anggota dan penggalangan dana.
Dua organisasi ekstremis ini memiliki garis ideologis, taktis, dan generasi berbeda. Al-Qaeda lebih menarik perhatian milisi dewasa. Sedangkan ISIS kerap menarik generasi muda yang telah diradikalisasi.
Baca juga: Kabur Dari Mosul, Al-Baghdadi Dibantu 17 Pengebom Bunuh Diri
Militer Irak menyatakan baru-baru ini ISIS telah kehilangan lebih dari tiga perempat wilayah yang selama ini dikuasainya di Irak sejak musim panas 2014.
Pasukan Irak yang didukung koalisi pimpinan Amerika Serikat memulai serangan besar untuk merebut kembali Mosul pada Oktober 2016. Sejak itu, pasukan Irak dan koalisi perlahan-lahan mampu merebut kembali Mosul, ibu kota de facto ISIS di Irak.
Tapi Allawi memperingatkan bahwa merebut kembali Mosul tidak akan menjadi akhir dari perjuangan melawan ISIS di negaranya.
SYDNEY MORNING HERALD | REUTERS | DW | YON DEMA