TEMPO.CO, Manila - Tak hanya di Australia, pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor Katolik terhadap anak-anak terjadi di Filipina. Jumlah kasus pelecehan seksual meningkat. Selain itu, beberapa pastor Katolik sengaja melanggar aturan selibat atau tidak menikah.
Mengutip Aljazeera, 17 Februari 2017, beberapa penyelidik senior Gereja Katolik di Filipina mengungkapkan tentang meningkatnya kasus pelecehan seksual anak-anak oleh pastor. Padahal kasus seperti ini sangat jarang terjadi di negara dengan penganut Katolik terbesar di Asia.
Baca juga:
Australia Ungkap Ribuan Anak Dilecehkan Pastor Katolik
Sejumlah korban yang ditekan untuk tidak melaporkan kasus pelecehan seksual yang mereka alami. Mereka menerima sejumlah uang sebagai balasan untuk mendiamkan kasus ini.
Seperti yang dialami seorang anak perempuan usia 15 tahun, Imelda__ bukan nama sebenarnya__ mengalami pelecehan seksual oleh seorang pastor. Dia melaporkan kasus pelecehan itu ke polisi, namun anggota keluarganya marah dan memukulinya.
"Mereka memukuli saya sehingga saya takut pulang ke rumah. Mereka memarahi saya. Mereka mengatakan apa yang saya lakukan itu salah. Mereka memperlakukan saya seperti anjing liar karena saya melaporkan kasus ini," kata Imelda.
Ia kemudian menerima uang US$150 untuk mencabut laporan itu. Kasus itu tak pernah sampai ke pengadilan.
Kepala Pengadilan Banding Gereja Katolik Filipina, Oscar Cruz mengatakan ia menerima lebih banyak pengaduan tentang pelecehan seksual yang melibatkan sejumlah pastor. Mereka diduga sebagai pelaku pedofilia.
"Masyarakat yang tinggal di perkotaan pada umumnya lebih waspada dan berani mengkritik kekeliruan para pastor," kata Cruz.
Tak hanya kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak Filipina, sejumlah pastor juga dengan sadar menolak patuh pada aturan selibat.
Pastor Elmer Cajilig mengaku punya empat anak dari hasil hubungannya dengan kekasihnya. Menurutnya, sumpah untuk selibat bagi pastor Katolik bukan perintah Tuhan, tapi aturan yang dibuat oleh manusia.
"Tuhan tidak mengatakan itu, jadi saya pikir saya tidak dapat mengatakan saya melakukan dosa. Saya hanya meneruskan mandat Tuhan untuk pergi dan beranak cuculah," ujar Cajilig.
Kasus ini sudah dilaporkan ke Vatikan. Bahkan sejumlah pastor yang menolak patuh pada aturan selibat mendirikan greja sendiri. Mereka juga minta diterima oleh Gereja. Namun Sekretaris Hukum Sosial Gereja di Filipina, Jaime Achacoso, justru mengutuk tindakan sejumlah pastor itu.
"Ini realita bahwa ini terjadi di area yang namanya disiplin, di mana hirarki tidak terorganisasi dengan baik," kata Achacoso. Menurutnya, penyelidikan atas kasus ini diserahkan kepada Gereja.
AL JAZEERA | MARIA RITA