TEMPO.CO, London - Pria warga Inggris yang pernah menjadi salesman Pepsi Cola secara mengejutkan diangkat menjadi Raja Rwanda. Menurut Dewan Kerajaan Rwanda, pria itu adalah Pangeran Emmanuel Bushajiya yang tinggal di pengasingan dan menetap di Inggris sejak 2000.
Bushajiya resmi dinobatkan sebagai Raja Rwanda dengan gelar Yuhi VI pada 13 Januari 2017. Pelantikan Bushajiya dilaksanakan beberapa minggu setelah seorang warga Inggris lain yang pernah bekerja sebagai penjaga keamanan di London memenangi pemilu Presiden Gambia.
Simak juga:
Minta Maaf, Gereja Katolik Akui Terlibat Genosida di Rwanda
Menurut laporan The Sun pada 13 Januari 2017, Bushajiya—yang telah dinaturalisasi menjadi warga Inggris beberapa tahun lalu—tinggal di sebuah flat di dekat Old Trafford sebelum pindah ke sebuah rumah di Sale, Manchester, Inggris. Dia kini mengelola sebuah perusahaan keamanan.
"Dewan Kerajaan Rwanda dengan ini menginformasikan kepada semua warga Rwanda dan sahabat Rwanda untuk mempertahankan budaya lama, dengan ini menobatkan Pangeran Emmanuel Bushajiya sebagai pengganti mendiang raja," demikian pernyataan Dewan Kerajaan Rwanda.
Raja sebelumnya, Kigeli V, 80 tahun, wafat dalam kemiskinan di Amerika Serikat pada Oktober 2016. Kigeli, yang merupakan paman Bushajiya, tidak memiliki anak sehingga takhta kerajaan diwariskan kepadanya.
Menurut seorang anggota Dewan Kerajaan Rwanda, Boniface Benzinge, mendiang Raja Kigeli V telah menetapkan Bushajiya sebagai ahli waris sejak 2006 dengan menandatangani dokumen resmi dan disaksikan oleh perwakilan kerajaan.
Penobatannya sebagai raja dilakukan di Inggris dan nama rajanya adalah Yang Mulia Raja Yuhi VI. Menurut Benzinge, Yang Mulia Raja Yuhi VI Bushayija adalah putra dari Yang Mulia Theoneste Bushayija dan cucu dari Yang Mulia Raja Yuhi V Musinga.
Bushayija, ayah dua anak tersebut, juga sempat tinggal di Kenya. Di sini ia bekerja di industri pariwisata dan kembali ke Rwanda pada 1994 sebelum datang ke Inggris.
Penguasa takhta Kerajaan Rwanda diasingkan setelah pada 1961 terjadi revolusi di negara yang berbatasan dengan Uganda tersebut dan sistem politiknya diubah menjadi republik. Ketegangan muncul karena perbedaan etnis antara bangsawan dan presiden terpilih pada masa itu.
THE SUN | DAILY MAIL | YON DEMA