TEMPO.CO, Wellington - Richard Lee, pria keturunan Asia, bingung setelah permohonan paspornya ditolak sistem online Selandia Baru dengan alasan dia dianggap "tidak membuka mata" dalam gambar yang disertakan.
Richard, pria bermata sipit khas Asia Timur yang lahir di Taiwan dan tumbuh serta besar di Selandia Baru, dibuat heran dengan kekeliruan sistem aplikasi paspor online.
"Saya sudah coba beberapa kali, tapi tetap ditolak sistem, jadi saya telepon instansi terkait," kata Richard, seperti dilansir BBC pada 8 Desember 2016.
Baca:
Presiden Park Geun-hye Resmi Dimakzulkan
Etnis Rohingya di Malaysia Minta Pekerjaan dan Pendidikan
Pria 22 tahun itu mengatakan gambarnya ditolak karena pencahayaan yang tidak merata. Menurut laporan, aplikasi tersebut dibuat Senin, 5 Desember 2016. Richard berencana pergi ke Australia seusai perayaan natal.
Teman-teman Richard mengunggah foto dan formulir aplikasi paspor online yang ditolak ke situs Facebook. Mereka bercanda dan memanggil sistem tersebut “rasis”. Namun kemudian Richard mendapatkan paspornya setelah mencoba sekali lagi permohonan pengajuan paspor. "Saya ambil foto baru yang kemudian berhasil diterima," ucap Richard.
Juru bicara pemerintah Selandia Baru menyatakan sekitar 20 persen dari foto yang dikirim secara online ditolak, biasanya karena mata subyek ditutup. Ini bukan kejadian pertama sistem menolak aplikasi secara otomatis terkait dengan fisik seseorang.
Pada 2010, blogger Taiwan-Amerika, Joz Wang, terkejut ketika kamera digitalnya terus bertanya, "Apakah seseorang berkedip?" pada fotonya. Sedangkan tahun sebelumnya, beberapa warga kulit hitam mengeluhkan bahwa HP Webcam tidak mampu mendeteksi wajahnya.
BBC | CNN | YON DEMA