TEMPO.CO, Kota Meksiko - Kebijakan poros maritim Presiden Joko Widodo dan upaya Indonesia mencegah pembajakan di kawasan perairan, serta peran penting Indonesia dalam konflik Laut Cina Selatan menarik perhatian mahasiswa Meksiko.
Pertanyaan tersebut muncul dalam kuliah umum Duta Besar Republik Indonesia untuk Meksiko Serikat, Yusra Khan di Seminario Universitario de Estudios Asiatico (Pusat Kajian Asia) – Universidad Nacional Autónoma de México (UNAM), Kota Meksiko, 15 November 2016.
Di hadapan 40 sivitas akademia Pusat Kajian Asia UNAM tersebut, Dubes RI memaparkan proses demokratisasi di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga menjadi negara demokratis ke-tiga di dunia.
“Sejak Indonesia merdeka dan menjadi negara pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam UUD 1945 menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, dimana kedaulatan berada di tangan rakyat,” kata Dubes Khan mengawali kuliah umum.
Dubes Khan memaparkan kemajuan demokrasi Indonesia seperti pelaksanaan pemilihan presiden secara langsung, otonomi daerah, dan pendirian lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dubes Khan juga menyampaikan bahwa selain mengembangkan demokrasi sendiri, Indonesia juga berupaya untuk mempromosikan demokrasi di dunia melalui pelaksanaan Bali Democracy Forum (BDF) yang digelar sejak 2008.
"Forum ini memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dalam hal menjalankan demokrasi di masing-masing negara, dan juga untuk memperkuat kapasitas demokrasi di masing-masing negara," kata Dubes Khan.
Lukas Czarnecki dari Pusat Kajian Asia UNAM yang menjadi moderator menyatakan bahwa demokratisasi Indonesia diakui maju di kawasan Asia.
Selain kebijakan poros maritim, perompakan dan Laut Cina Selatan, para mahasiswa juga bertanya soal tantangan Indonesia dalam memajukan demokratisasi, kerja sama dan hubungan Indonesia – Meksiko, dan potensi strategis Indonesia dalam kancah kerja sama internasional.
Menurut rilis Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Meksiko yang diterima Tempo, kehadiran Dubes RI untuk memberikan kuliah umum merupakan upaya konsisten untuk memperkenalkan Indonesia di kalangan akademisi.
“Kehadiran Dubes RI tersebut mendapatkan apresiasi yang tinggi dari UNAM, sebagaimana disampaikan Vania de Vega Shiota Gonzalez dari Pusat Kajian Asia – UNAM yang menyambut dan mendamping Dubes RI selama kuliah umum berlangsung,” kata Febby Fahrani , Sekretaris Pertama KBRI Meksiko.
Pusat Kajian Asia – UNAM berdiri pada tahun lalu dengan fokus kajian mendalam mengenai Asia dengan mendatangkan pembicara termasuk kepala perwakilan negara-negara kawasan Asia di Kota Meksiko.
“Kuliah umum dari Kedutaan Besar negara Asia diharapkan akan semakin memicu minat mahasiswa yang kebanyakan berasal dari jurusan Hubungan Internasional untuk lebih mendalami mengenai Asia, termasuk Indonesia,” kata Alma Cervantes, Koordinator Kajian Asia Tenggara di Pusat Kajian Asia – UNAM.
NATALIA SANTI