TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan penundaan rencana evakuasi dari Aleppo, Suriah, karena alasan keamanan. Langkah ini diambil setelah Rusia memutuskan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga Sabtu sore, 22 Oktober 2016, pukul 16.00 waktu setempat.
Namun hingga saat ini dilaporkan tidak ada tanda para pemberontak akan pergi dari Aleppo. Dewan Keamanan PBB di Jenewa, Swiss, pun segera meminta investigasi khusus terhadap kekerasan di Aleppo, dalam operasi kritis pemerintah Suriah.
Wilayah timur Aleppo telah diduduki pemberontak sejak 2012. Pemerintah Suriah didukung sekutunya, Rusia, meluncurkan serangan balik secara terbuka untuk merebut kembali Aleppo dari para pemberontak.
Setidaknya 500 orang dilaporkan tewas selama masa pertempuran tersebut. Sebagian besar korban didominasi anak-anak. Sedangkan lebih dari 2.000 orang dilaporkan terluka. PBB dan Amerika Serikat mengecam musibah ini dan menyebutkan sebagai kejahatan perang.
Rusia sebelumnya mengumumkan untuk menghentikan serangan udara sejak Selasa lalu dan melakukan gencatan senjata dimulai Kamis kemarin. Militer Suriah mengatakan telah membuka delapan koridor di bagian timur Distrik Aleppo.
Barisan terdepan distrik diketahui masih dihuni 250 ribu penduduk yang juga berada dalam kepungan para pemberontak. “Tidak ada pergerakan di timur distrik, baik dari penduduk ataupun pemberontak,” ujar Head of the Syrian Observatory for Human Rights Rami Abdel Rahman seperti dilansir dari Channel News Asia.
CHANNEL NEWS ASIA | GHOIDA RAHMAH