TEMPO.CO, Kolombo - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan Sri Lanka bebas dari malaria. Direktur Regional WHO Dr Poonam Khetrapal Singh menyatakan keberhasilan Sri Lanka memberantas malaria merupakan hasil keberanian dan semangat para pemimpin negaranya.
“Keberhasilan Sri Lanka sangat luar biasa. Pada pertengahan abad 20, Sri Lanka merupakan salah satu negara dengan keadaan malaria terparah. Kini, Sri Lanka bebas dari malaria. Ini merupakan hasil keberanian dan semangat para pemimpin negaranya, dan menjadi contoh bagaimana loncatan keberhasilan bisa diraih jika disertai tindakan yang terarah,” kata Singh dalam rilis WHO yang diterima Tempo, Senin, 5 September 2016.
“Keberhasilan ini juga memperlihatkan pentingnya keterlibatan komunitas akar-rumput dan pendekatan seluruh-masyarakat demi terjadinya capaian besar di bidang kesehatan masyarakat,” Singh menambahkan.
Jalan menuju eliminasi sangatlah sulit, serta memerlukan kebijakan yang bijaksana dan tanggap terhadap keadaan saat itu. Setelah malaria merebak pada 1970-an dan 1980-an, pada 1990-an strategi kegiatan anti-malaria secara intensif membidik pengendalian parasit penyebab malaria, selain pada pengendalian nyamuk.
Strategi yang dipilih bukanlah strategi ortodoks, tetapi sangat efektif. Antara lain, klinik keliling malaria di wilayah penularan tinggi. Hal ini memungkinkan pengobatan yang cepat dan efektif guna memberantas penampungan parasit dan penularan lebih jauh.
Ditambah lagi dengan pengawasan yang efektif, keterlibatan masyarakat, dan pendidikan kesehatan disertai dengan penguatan kemampuan pemerintah untuk melakukan upaya tanggap, memobilisasi dukungan massa bagi gerakan pengendalian.
Adaptasi dan fleksibilitas strategi dan dukungan dari mitra seperti WHO dan Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria mempercepat keberhasilan.
Pada 2006, Sri Lanka mencatat kurang dari 1.000 kasus malaria per tahun, dan sejak Oktober 2012 kasus asli Sri Lanka telah mencapai titik nol. Sepanjang tiga setengah tahun terakhir, tak lagi tercatat kasus penularan lokal.
Untuk mempertahankan status eliminasi dan memastikan bahwa parasit penyebab malaria tak lagi muncul di Sri Lanka, kampanye anti-malaria bekerja sama erat dengan pemerintah lokal dan mitra internasional untuk mempertahankan kapasitas surveilans dan upaya tanggap, dan untuk menyaring populasi berisiko tinggi yang masuk ke dalam negara tersebut.
Sri Lanka adalah negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara kedua yang berhasil mencapai eliminasi malaria, setelah Maladewa. Pengumuman tentang kemenangan Sri Lanka dari malaria disampaikan pada pertemuan tahunan Komite Regional WHO Kawasan Asia Tenggara, yang diikuti para menteri dan pejabat tinggi kesehatan dari 11 negara anggota WHO.
Direktur Regional menegaskakan bahwa WHO akan terus mendukung upaya Sri Lanka mengendalikan malaria, serta peningkatan kesehatan masyarakat secara umum. Keberhasilan ini seharusnya dapat menjadi pencetus terjadinya keberhasilan kesehatan masyarakat di negara-negara dan kawsan Asia Tenggara secara menyeluruh.
WHO Kawasan Asia Tenggara terdiri atas Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste.
NATALIA SANTI