TEMPO.CO, Jakarta - Serangan udara Israel di Jalur Gaza membunuh atau melukai lebih dari 400 anak Palestina setiap hari, kata Badan Dunia untuk Perlindungan Anak (UNICEF) dalam sebuah pernyataan pada Selasa.
Setidaknya 2.360 anak-anak tewas, dan 5.364 lainnya terluka menyusul pemboman Israel yang tiada henti di wilayah kantong yang terkepung tersebut, menurut organisasi PBB tersebut.
Hampir setiap anak – sekitar 50 persen dari populasi – di Jalur Gaza telah terkena peristiwa dan trauma yang sangat menyedihkan, yang ditandai dengan kehancuran yang meluas, serangan yang tiada henti, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan, menurut UNICEF.
“Pembunuhan dan pencacatan anak-anak, penculikan anak-anak, penyerangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan akses kemanusiaan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak,” kata Adele Khodr, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Rekaman anak-anak yang diselamatkan dari bawah reruntuhan, terluka dan berada dalam kesusahan, sambil gemetaran di rumah sakit saat mereka menunggu perawatan, menggambarkan kengerian luar biasa yang dialami anak-anak ini. Namun tanpa akses kemanusiaan, kematian akibat serangan bisa menjadi puncak gunung es,” kata Khodr.
“Jumlah korban jiwa akan meningkat secara eksponensial jika inkubator mulai tidak berfungsi, jika rumah sakit menjadi gelap, jika anak-anak terus meminum air yang tidak aman dan tidak memiliki akses terhadap obat-obatan ketika mereka sakit.”
Periode 18 hari ini merupakan serangan paling mematikan di Jalur Gaza oleh Israel yang pernah disaksikan PBB sejak 2006.
Kekerasan meningkat setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober yang menyebabkan sedikitnya 1.400 orang tewas. Lebih dari 200 orang dikatakan telah disandera oleh kelompok pejuang Palestina tersebut.
Israel telah bersumpah untuk melakukan “penghancuran total” di Gaza untuk memusnahkan militan Hamas. Namun, organisasi hak asasi internasional telah memperingatkan bahwa pemboman yang sedang berlangsung telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat besar.
Selain itu, seluruh penduduk Jalur Gaza, yang berjumlah hampir 2,3 juta orang, menghadapi kekurangan air yang parah dan mendesak, yang menimbulkan konsekuensi serius bagi anak-anak, kata UNICEF.
Menurut badan PBB tersebut, sebagian besar sistem air terkena dampak parah atau tidak dapat beroperasi karena kombinasi beberapa faktor, termasuk kekurangan bahan bakar dan kerusakan pada infrastruktur produksi, pengolahan, dan distribusi yang penting.
Saat ini, kapasitas produksi air hanya lima persen dari produksi harian biasanya.
“UNICEF segera menghimbau semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata, mengizinkan akses kemanusiaan dan membebaskan semua sandera. Bahkan perang pun mempunyai aturan. Warga sipil harus dilindungi – khususnya anak-anak – dan segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan mereka dalam segala situasi.”