TEMPO.CO, Davao - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengangkat Salvador Panelo, bekas pengacara Ampatuan, menjadi juru bicara presiden. Penunjukan Panelo ini mendapat kritik dari keluarga korban pembunuhan Ampatuan dan organisasi wartawan.
Duterte, yang akan dilantik sebagai presiden pada 30 Juni 2016, dalam kesempatan jumpa pers di Kota Davao, Selasa, 31 Mei 2016, menerangkan, dia akan memberikan hadiah kepada penegak hukum yang berhasil meringkus pedagang narkoba.
"Kami akan menyediakan uang sebesar US$ 21 ribu atau sekitar Rp 287 juta bagi hamba hukum yang menghabisi bandar berikut sindikat narkoba," katanya.
Mengenai penunjukan Panelo sebagai juru bicara kepresidenan selama enam tahun, Duterte mendapat hujan kritik dari kelompok hak asasi manusia, keluarga korban pembunuhan, dan organisasi wartawan.
Menurut sejumlah aktivis, salah satu masalah kontroversial Panelo adalah ketika dia menjadi pengacara otak pelaku pembunuhan massal yang menewaskan 58 orang atau dikenal dengan sebutan kasus Maguindanao Massacre.
Dia pernah menangani peristiwa pembunuhan tunggal paling mematikan dan serangan terhadap media yang menurunkan tulisan perebutan jabatan gubernur antara Esmael Mangudadatau dan Andal Ampatuan Jr., seorang anggota klan Ampatuan paling berkuasa di Maguindanao.
CHANNEL NEWS ASIA | RAPPLER | CHOIRUL AMINUDDIN