TEMPO.CO, Manila - Pemerintah Filipina berencana menggunakan perhiasan yang disita dari keluarga mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos untuk mengkampanyekan antikorupsi di negara tersebut.
Perhiasan-perhiasan bernilai jutaan dolar Amerika Serikat tersebut disita petugas Bea dan Cukai Amerika Serikat pada 1986 ketika Marcos dan istrinya, Imelda Marcos, melarikan diri ke Hawaii setelah dikudeta oleh militer.
Perhiasan tersebut akan dilelang dalam waktu dekat oleh Komisi Filipina untuk Pemerintahan yang Baik (PCGG) dan gambar-gambarnya telah diunggah sejak 16 Maret 2016.
Setiap item yang dipamerkan disertai dengan penjelasan tentang bagaimana nilainya bisa digunakan untuk meningkatkan kehidupan bagi orang-orang di negara itu.
Menurut PCGC, sepasang anting milik Imelda bernilai sama dengan pendapatan tahunan 15 orang Filipina. Sebuah tiara antik berhiaskan batu ruby cabochon, berlian, dan mutiara mabe itu dikatakan dapat membayar uang kuliah selama empat tahun bagi 2.000 mahasiswa.
Secara keseluruhan nilai dari perhiasan milik Imelda yang berhasil disita ditaksir lebih dari US$ 21 juta atau setara Rp 280 miliar.
Pemerintah mengatakan bahwa kampanye tersebut akan mengingatkan generasi sekarang dan yang akan datang tentang keburukan dari era Marcos.
Triliunan uang negara diduga telah digelapkan oleh presiden yang meninggal pada 1989 di Hawaii tersebut setelah berkuasa selama 21 tahun.
Bahkan Imelda yang kembali ke Filipina pada pertengahan 1990-an dinyatakan bersalah terhadap kasus korupsi dan divonis minimal 12 tahun penjara. Namun, vonis tersebut kalah di tingkat banding.
Keluarga Marcos diperkirakan telah mengumpulkan lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 133 triliun dalam bentuk properti, perhiasan, uang tunai, dan berbagai aset lainnya saat mereka berkuasa.
Menanggapi pameran online perhiasan sitaan tersebut, Ferdinand Marcos Jr. atau yang dikenal sebagai Bongbong, putra dari Ferdinand Marcos, mengatakan bahwa pelelangan tersebut adalah usaha untuk menggagalkannya dalam pemilihan presiden.
"Mengapa mereka melakukan ini sekarang, setelah 30 tahun? Mereka benar-benar melakukan hal ini karena politik. Itu sangat jelas," kata Bongbong, seperti yang dilansir BBC pada 30 Maret 2016.
Bongbong yang pernah terpilih sebagai senator, saat ini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi wakil presiden pada pemilu Mei mendatang.
BBC | YON DEMA