TEMPO.CO, Paris - Sebuah laporan terbaru menunjukkan jumlah kasus penculikan terhadap awak media meningkat tahun ini. Laporan yang diberikan organisasi media dunia, Reporters Without Borders (RSF), yang berbasis di Paris, Prancis, pada Senin, 14 Agustus 2015, juga menunjukkan adanya penurunan pada jumlah wartawan yang dipenjara.
"Jumlah wartawan yang dipenjarakan berkurang, tapi petugas media yang disandera atau menjadi korban penculikan dilaporkan meningkat pada 2015," menurut laporan kelompok hak asasi media, Reporters Without Borders (RSF), Jumat, 18 Desember 2015.
Juru bicaranya, Christophe Deloire, mengatakan jumlah wartawan yang ditahan menurun 14 persen dibandingkan tahun lalu.
"Cina adalah 'penjara terbesar di dunia' untuk petugas media diikuti Mesir. Sekitar 54 wartawan profesional turut disandera pada tahun ini yang mengalami peningkatan sebesar 35 persen dibandingkan 2014," kata Deloire yang menyoroti Yaman sebagai negara masalah terbaru untuk wartawan, dengan 33 diculik milisi Houthi dan Al-Qaeda pada 2015.
"Kami sangat khawatir dengan peningkatan jumlah wartawan yang disandera di 2015. Fenomena ini terkait dengan lonjakan besar dalam penculikan wartawan di Yaman," tambah Deloire, seperti yang dilansir Hongkong FP pada 15 Agustus 2015.
Menurutnya, 18 petugas media juga dilaporkan menjadi sandera militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) di Suriah dan Irak.
Sementara itu, Libya, negara dengan hukum yang tidak jelas memiliki jumlah terbesar dari kasus wartawan yang dilaporkan hilang tahun ini, dengan delapan anggota pers belum ditemukan, dan iklim politik yang kian mempersulit untuk melakukan investigasi untuk mencari wartawan yang hilang.
HONGKONG FREE PRESS | THE NEWS | YON DEMA