TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia telah mengucapkan selamat atas kemenangan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (LDN) dalam pemilu di Myanmar. "Kami sudah memberikan selamat terhadap pemilu yang lancar dan demokratis," kata Retno di Kompleks Istana, Jumat, 13 November 2015.
Menurut Retno, Indonesia berharap proses transisi pemerintahan di Myanmar berjalan mulus. Indonesia, kata Retno, juga siap melanjutkan kerja sama dalam bidang pembangunan demokrasi dengan Myanmar. Retno mengatakan kerja sama dalam pembangunan demokrasi sudah dimulai dan Indonesia terus berkomitmen untuk memperkuat khususnya LND sebagai menang dalam pemilu Myanmar.
Rabu lalu, pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi secara resmi mendapatkan kembali kursi di majelis rendah parlemen. Dengan kemenangan sekitar 80 persen suara untuk NLD, Suu Kyi mendesak Presiden Thein Sein, Ketua Majelis Rendah Parlemen Shwe Mann, dan Jenderal Min Aung Hlaing untuk bertemu dan mendiskusikan hasil pemilu.
Partai pemerintah, Partai Pembangunan dan Solidaritas Bersatu (USDP) mengatakan Presiden Myanmar dan militer menghargai hasil pencoblosan itu. Pemerintah milter menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan sipil pada 2011. Tapi angkatan bersenjata masih mendominasi politik di Myanmar setelah selama beberapa dekade berkuasa. Sebanyak 25 persen kursi di parlemen merupakan jatah militer.
Kendati memenangi pemilu, Suu Kyi tidak bisa menjadi Presiden Myanmar. Penyebabnya Suu Kyi bersuamikan orang asing dan anaknya berwarga negara Inggris. Namun, apabila konstitusi Myanmar diubah, peluang Suu Kyi menjadi presiden bisa saja besar.
Gedung Putih mengatakan perubahan konstitusi sangat dibutuhkan di Myanmar untuk mewujudkan demokrasi. Ini disampaikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama setelah mengucapkan selamat kepada Aung San Suu Kyi.
"Selama beberapa tahun terakhir kami telah mengatakan bahwa transisi penuh menuju pemerintahan demokratis sipil di Myanmar akan membutuhkan proses reformasi konstitusional," kata pembantu kebijakan luar negeri Obama, Ben Rhodes.
ANANDA TERESIA | ANTARA