TEMPO.CO, Bavaria - Para pemimpin negara maju di dunia yang tergabung dalam kelompok G-7 akan bertemu pada 7-8 Juni 2015 di Bavaria, Jerman. Mereka akan menggunakan pertemuan itu untuk melanjutkan diplomasi dan tekanan terhadap Rusia atas konflik di Ukraina selatan.
Selain itu, mereka akan membahas krisis utang Yunani dan upaya mengatasi pemanasan global.
Adapun Rusia sudah tidak dilibatkan dalam tim ini, yang dulu bernama G-8. Rusia tak lagi bergabung pasca-aneksasi Crimea tahun lalu. Crimea kini bergabung dengan Rusia setelah lepas dari Ukraina.
Presiden Vladimir Putin akan menjadi topik utama dalam diskusi G-7, menyusul rencana Putin melanjutkan tekanan militer di Ukraina selatan.
Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat ingin mencapai kesepakatan dalam menawarkan bantuan bagi anggota Uni Eropa yang mencoba menarik sanksi kepada Moskow--yang berdampak pada perekonomian Rusia. Barat telah menambah pasukan di negara-negara bagian selatan Eropa menyusul intervensi Rusia.
Menanggapi hal tersebut, Putin menyatakan tidak merasa terancam ataupun khawatir atas pertemuan G-7. "Hanya orang mati dan di dalam impian yang bisa membayangkan Rusia akan menyerang NATO," kata Putin kepada koran Italia, Corriere della Sera.
Menurut Putin, dunia telah berubah. Dan bahkan manusia yang paling masuk akal sekali pun tidak dapat membayangkan konflik militer dengan skala besar tengah terjadi saat ini.
Menjelang pertemuan tingkat tinggi kelompok G-7 di Bavaria, ribuan orang berunjuk rasa di dekat Kota Garmisch-Partenkirchen. Dalam peristiwa itu, sempat terjadi bentrok dengan polisi.
Beberapa pengunjuk rasa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka. Namun kasus kejahatan kali ini lebih rendah dibanding pada pertemuan sebelumnya.
Presiden Amerika Barack Obama, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Prancis Francois Hollande, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper, dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi akan disambut Kanselir Jerman Angela Merkel di Bavaria. Sekitar 17 ribu polisi bertugas mengawasi pertemuan ini.
BBC | MARTHA WARTA SILABAN