TEMPO.CO, Jakarta - Ketika para kepala negara peserta Konferensi Asia-Afrika sibuk bersidang di Gedung Merdeka, Bandung, pada April 1955, para istri dan anak-anak mereka menikmati kota yang sejuk itu.
Putri Jawaharlal Nehru, Priyadarshini Nehru atau belakangan dikenal sebagai Indira Gandhi, amat kagum pada Blinden Instituut, sekolah spesialis mata di kota itu. "Dia merasa aneh Indonesia punya yang kayak gitu," ujar Romlah Rustandi Martakusumah.
Romlah, kini 93 tahun, adalah salah satu liaison officer yang bertugas menemani para tamu wanita dan anak-anak anggota delegasi. Selain menemani Indira Gandhi, Romlah mendampingi istri beberapa anggota delegasi dan Norodom Buppha Devi, putri Raja Kamboja Norodom Sihanouk, yang ketika itu baru berusia 11 tahun.
Hari-hari konferensi seperti liburan bagi keluarga anggota delegasi. Menurut Romlah, para istri delegasi sering minta diajak ke Jalan Braga untuk membeli kain, kue, dan berbagai oleh-oleh di toko-toko cenderamata di sepanjang jalan itu. "Braga waktu itu masih cantik," kata dia.
Sebagai liaison officer, Romlah harus sudah siap di Hotel Savoy Homann, tempat menginap sebagian besar anggota delegasi, tepat pukul tujuh pagi untuk menjemput istri atau anak anggota delegasi. Setiap hari dia mengenakan kain kebaya berwarna mencolok. Rambutnya pun dikonde.
Biasanya sekitar pukul delapan, mereka pergi menggunakan mobil Impala yang khusus didatangkan untuk acara istimewa itu. Romlah menguasai bahasa Inggris dan Belanda, jadi mudah berkomunikasi dengan Indira Gandhi. Namun dengan anak Sihanouk yang berbahasa Prancis, "Kami nyambung pakai isyarat," ucapnya terbahak.
Mengurus tamu negara tidak selalu mudah, meski pelayanan dan pengamanan serba premium. Suatu ketika Buppha hilang. Semua orang ribut. Polisi dikerahkan. Para pendamping ketakutan. Yang paling gugup tentu saja Sobandi Sachri, liaison officer yang bertugas khusus mendampingi keluarga raja itu. "Saya geumpeur pisan (gugup sekali)," ujar Sobandi, seperti dikutip dalam buku Di Balik Layar Warna-warni Konferensi Asia-Afrika 1955 di Mata Pelakunya.
Buppha akhirnya ditemukan tengah berjalan-jalan sendiri di Jalan Otto Iskandardinata. Para pedagang yang melihat anak berpakaian necis dan hanya bisa berbahasa Prancis curiga, lalu melapor ke polisi.
TIM TEMPO