TEMPO.CO, Wellington - Perdana Menteri Selandia Baru John Key meminta maaf karena menarik rambut ekor kuda seorang pelayan perempuan.
Pelayan perempuan tanpa nama di kafe Auckland menulis di blognya bahwa Key menarik rambutnya. Awalnya, dia pikir sang perdana menteri bermaksud bercanda. Namun Key terus menarik rambut pelayan itu setiap berkunjung ke kafe selama enam bulan. Pelayan itu mengaku sangat terganggu.
"Dia seperti perisak di sekolah, menarik rambut gadis kecil untuk mendapat perhatian," kata si pelayan di blognya, seperti dilaporkan NBC, Rabu, 22 April 2015. Dia bercerita, Key berada di belakangnya ketika di bagian pemesanan, lalu Key menarik rambutnya dan berpura-pura bahwa istrinya yang melakukan itu.
Pada akhir Maret lalu, pelayan itu akhirnya menegur Key dan mengancam akan memukulnya jika tidak berhenti menarik rambutnya. Ketika Key kembali berkunjung ke kafe, dia memberi dua botol anggur merah kepada pelayan itu dan meminta maaf.
Key, yang sedang dalam perjalanan ke Turki untuk peringatan Perang Dunia I, mengaku sering mengunjungi kafe di dekat rumah dan memiliki hubungan yang lucu dengan staf kafe tersebut. "Ada banyak kejahilan dan candaan," ucapnya kepada wartawan ketika singgah di Los Angeles. "Saya sadar dia merasa tersinggung karena diolok-olok, jadi saya segera minta maaf."
Kasus ini sempat menjadi perbincangan di dunia maya dengan tagar #tailgate (skandal rambut ekor kuda). Key menuai kritik. Ini bukan kali pertama Key terlibat kasus. Pada 2010, dia dikritik karena bercanda tentang kanibalisme ketika sedang bersengketa tanah dengan suku Maori, suku asal Selandia Baru. Key menuturkan suku Maori bisa menjadikan dirinya makan malam.
Tahun 2012, Key memicu reaksi internasional karena bercanda tentang homoseksual. Tak hanya itu, dia juga mengejek joget Gangnam Style. "Menjadi berlebihan adalah bagian dari gaya Key sebagai perdana menteri," kata Audrey Young, editor politik New Zealand Herald.
NCB | WASHINGTON POST | ATMI PERTIWI