TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin Iran pada Kamis, 9 April 2015, mengutuk intervensi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman. Mereka mengatakan tindakan tersebut sebagai genosida atau pembunuhan massal. Kritik dan kecaman tersebut telah membuat hubungan kedua negara semakin memanas.
Pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan Arab Saudi tidak akan menang atas perang di Yaman—tempat pejuang Houthi—yang diduga didukung Iran, mengontrol Ibu Kota Sanaa dan mencoba merebut Kota Aden dari milisi lokal.
"Ini adalah kejahatan dan genosida yang dapat dituntut di pengadilan internasional... Riyadh tidak akan muncul sebagai pemenang dalam agresinya," kata Khamenei, yang dilansir Reuters pada Kamis.
Selain itu, Ayatollah Khamenei mengkritik Pangeran Arab Saudi. Ia mengatakan bahwa "Pemuda tidak berpengalaman itu telah mengambil alih urusan negara dan mengganti martabat dengan kebiadaban."
Komentarnya ditujukan kepada Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Mohamed bin Salman yang baru berusia sekitar 30 tahun. Salman juga merupakan putra Raja Salman yang naik takhta tahun ini dan menyelamatkannya dengan dua gelar, yakni menteri pertahanan dan kepala istana.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga mengkritik koalisi yang dipimpin Riyadh tersebut. Dia mengatakan itu mengulangi kesalahan yang dilakukan dunia Arab saat terjadi persaingan Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran.
Keduanya berbicara sehari setelah Iran menyatakan sedang mengirimkan dua kapal perang ke laut lepas Yaman, dan membantah tudingan Riyadh bahwa Iran telah melatih dan melengkapi pasukan Syiah Houthi.
Menanggapi pengiriman kapal oleh Iran yang menuju perairan Yaman, Arab Saudi mengeluarkan peringatan. "Jika kapal tersebut berusaha membantu Houthi, koalisi memiliki hak untuk memilih jawaban yang tepat," kata juru bicara koalisi, Brigadir Jenderal Ahmad Asseri.
Arab Saudi mengatakan kampanye militer bertujuan membatasi agresi Houthi dan memulihkan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang melarikan diri dari Aden dua pekan lalu. Dengan demikian, negosiasi politik yang ditengahi PBB dapat dilanjutkan.
Pertempuran di Yaman telah menewaskan lebih dari 600 orang dan menelantarkan lebih dari 100 ribu orang.
REUTERS | YON DEMA