TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah yayasan Iran memuji pelaku penyerangan terhadap Salman Rushdie tahun lalu hingga menyebabkan sang novelis luka parah, dan mengatakan mereka akan menghadiahinya tanah pertanian seluas 1000 meter persegi, demikian dilaporkan TV pemerintah, Selasa, 21 Februari 2023, lewat saluran Telegram.
Rushdie, 75 tahun, kehilangan mata dan hanya bisa menggunakan satu tangan setelah diserang Hadi Matar, pemuda Amerika Muslim Syiah dari New Jersey di panggung sastra yang diadakan di dekat Danau Erie di New York barat pada Agustus 2022.
Hadi Matar hadir di pengadilan atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan terhadap penulis Salman Rushdie, di Mayville, New York, AS, 18 Agustus 2022. REUTERS/Lindsay DeDario
“Kami dengan tulus berterima kasih atas tindakan berani seorang pemuda Amerika yang membuat kaum Muslim bahagia dengan membutakan satu mata Rushdie dan melumpuhkan satu tangannya,” kata Mohammad Esmail Zarei, sekretaris Yayasan untuk Mengimplementasikan Fatwa Imam Khomeini.
"Rushdie kini tak lebih dari mayat hidup dan untuk menghormati tindakan berani ini, tanah pertanian sekitar 1000 meter persegi akan didonasikan kepada orang tersebut atau perwakilan legalnya,” kata Zarei.
Serangan itu terjadi 33 tahun setelah Ayatollah Khomeini, yang pada masa itu pemimpin tertinggi Iran, mengeluarkan sebuah fatwa yang menyerukan kaum Muslim untuk membunuh Rushdie beberapa bulan setelah “The Satanic Verses" diterbitkan. Beberapa kalangan Muslim melihat beberapa bagian dalam novel tentang Nabi Muhammad itu sebagai penghinaan.
Rushdie hidup dengan hadiah atas kepalanya, dan menghabiskan sembilan tahun bersembunyi dalam perlindungan polisi Inggris.
Meskipun pemerintahan Presiden Mohammad Khatami pro-reformasi menjaga jarak dari fatwa ini akhir 1990-an, hadiah jutaan dolar untuk kepala Rushdie masih terus berkembang dan fatwa tidak pernah dicabut.
Pengganti Khomeini, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diskors dari Twitter pada 2019 karena mengatakan fatwa terhadap Rushdi “tidak bisa dicabut”.