TEMPO.CO, Washington - Aparat keamanan Amerika Serikat menangkap seorang pria 20 tahun atas tuduhan merencanakan serangan di Gedung Kongres AS di Washington DC, dan membunuh karyawan-karyawannya.
Menurut Biro Investigasi Federal (FBI), pemuda bernama Christopher Lee Cornell itu membawa bom pipa, sebuah senjata api, dan 600 butir amunisi peluru untuk menyerang Gedung Kongres. (Baca: Ejek Yahudi, Wanita Kolumnis Charlie Hebdo Dipecat)
FBI mengarahkan perhatian pada Cornell setelah ia mencuit dukungan untuk kelompok ekstremis Negara Islam atau Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS). "Saya percaya kami harus bertemu dan membuat kelompok yang bersekutu dengan Negara Islam di sini dan merancang operasi kita sendiri," kata Cornell lewat pesan pendek, seperti dimuat dalam dokumen FBI.
Berdasarkan dokumen resmi, pada akun Twitter-nya, Cornell menggunakan nama samaran Raheel Mahrous Ubaydah. Pada akunnya itu, Cornell menyatakan keinginannya berjihad. (Baca: OKI Kutuk Serangan Charlie Hebdo)
Ayah Cornell, John Cornell, mengatakan anaknya baru-baru ini menganut agama Islam setelah mengalami kerapuhan diri saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Pesan pada akun Twitter-nya, kata John, mungkin karena marah atas jihad dengan kekerasan.
Ia yakin anaknya tak punya kemampuan melakukan penyerangan. "Dia tidak pernah bicara kekerasan apa pun kepada saya dan ibunya. Dia itu 'anak mami' yang menceritakan segala hal kepada ibunya." (Baca: Komik Nabi, Prancis Tutup Kedutaan di 20 Negara)
Dilansir dari Reuters hari ini, Cornell dituduh di Pengadilan Federal Ohio atas percobaan membunuh karyawan-karyawan Gedung Kongres AS.
AL JAZEERA | BBC | WINONA AMANDA
Baca juga:
Beda Cara Pemilihan Budi Gunawan dan Sutarman
Jamu Chelsea, Swansea Kerepotan Ditinggal Bony
25 Tahun Berkarya, Didi Budiardjo Bikin Pameran
Jokowi: Harga BBM Turun, Bahan Pokok Harus Murah