TEMPO.CO, Bangkok - Seorang perwira polisi dilaporkan tewas dan 42 orang lainnya cedera setelah polisi berusaha membubarkan unjuk rasa anti-pemerintah yang telah menduduki tempat-tempat strategis di sekitar ibu kota Thailand, Bangkok.
Kantor berita Reuters dalam laporannya yang mengutip keterangan sejumlah saksi menyebutkan, pada upaya pembersihan itu, polisi menembakkan gas air mata di dekat gedung pemerintah di pusat Kota Bangkok, Selasa, 18 Februari 2014. Polisi juga mengerahkan pasukan anti-huru-hara yang didatangkan dari luar Kota Bangkok guna mendukung operasi keamanan dengan sebutan "Perdamaian untuk Bangkok".
"Seorang polisi tewas dan 14 polisi lainnya cedera," kata Kepala Kepolisian Nasional Adul Saengsingkaew kepada Reuters. "Korban telah dibawa ke rumah sakit akibat luka tembak di bagian kepala."
Koresponden Al Jazeera, Veronica Pedrosa, melaporkan dari Bangkok, ketika polisi berusaha membersihkan area unjuk rasa dengan buldoser, mereka mendapat perlawanan.
Pedrosa menerangkan bahwa ada satu ledakan dari sebuah granat M79 serta beberapa ledakan kecil. "Kejadian ini dibalas dengan tembakan peluru karet dan pistol," ujar Pedrosa. "Selanjutnya kami melihat sejumlah demonstran melemparkan puing, batu, botol, apa saja yang dapat mereka gunakan untuk menyerang polisi," katanya.
Kantor berita Associated Press dalam pemberitaannya menuliskan bahwa sedikitnya 42 orang cedera akibat kerusuhan berdarah itu. "Belum jelas benar siapa saja yang cedera itu, apakah polisi atau demonstran," tulis AP.
Dalam aksi jalanan itu, demonstran menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengundurkan diri dan memberikan jalan kepada Dewan Rakyat untuk melakukan reformasi guna mengakhiri korupsi.
Menurut pemimpin unjuk rasa, Rawee Matchamadon, polisi mengumpulkan sekitar 100 demonstran di luar kantor Kementerian Energi di sebelah utara kota. "Selanjutnya mereka diangkut dengan truk untuk dibawa ke markas kepolisian di pinggiran Bangkok, Selasa, 18 Februari 2014."
AL JAZEERA | CHOIRUL