TEMPO.CO, Juba - Kedutaan Besar Amerika Serikat di ibu kota Sudan Selatan, Juba, mengevakuasi stafnya dari negara termuda di Afrika itu. Korban perang saudara di Sudan Selatan telah mencapai lebih dari 1.000 orang dalam tiga minggu pertempuran.
Kedutaan AS mulai memberikan peringatan kepada warga AS melalui lamannya bahwa situasi keamanan terus memburuk. Kementerian Luar Negeri AS telah membuka evakuasi melalui penerbangan pada Jumat, 3 Januari 2014. "Kami tidak menangguhkan operasi. Kami hanya meminimalkan kehadiran kami di Sudan Selatan," kata Duta Besar AS untuk Sudan Selatan, Susan Page, kepada Reuters.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak itu didasari perebutan kekuasaan. Presiden Salva Kiir dan Wakil Presiden Riek Machar bersengketa. Kiir mencopot Riek dari kabinet Juli tahun lalu. Mereka yang berasal dari dua etnis berbeda, Dinka dan Nuer, juga memicu perang antaretnis.
Pertempuran pertama kali pecah di Juba pada 15 Desember lalu. Konflik bersenjata kemudian tumpah ke negara bagian lain, termasuk Bor. Presiden AS Barack Obama kemudian mengerahkan 45 serdadunya ke Sudan Selatan pada Rabu untuk melindungi warga negara dan properti Amerika.
Pemerintah Sudan Selatan dan pemberontak telah setuju menggelar gencatan senjata. Namun, tidak ada pihak yang memantau ketika mereka meletakkan senjata. Sejumlah negara tetangga yang menengahi belum mampu menangani masalah ini.
REUTERS | EKO ARI
Berita laing:
Gunakan Kata Allah, Malaysia Sita 321 Alkitab
Kesehatan Ariel Sharon Memburuk
Remaja India Diperkosa Bergiliran dan Dibakar
Di Arab, Fitnah Via Twitter Dihukum Cambuk 80 Kali
Muasal Julukan 'Jagal dari Beirut' Ariel Sharon
Myanmar Akan Permudah Suu Kyi Maju Capres
Konjen Cina di San Francisco Diserang