TEMPO.CO , Washington - Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Penny Pritzker, mengatakan sektor bisnis di Amerika Serikat dan luar negeri mulai menderita efek dari penghentian sementara (shutdown) layanan Pemerintah Federal. Pritzker, yang juga seorang eksekutif bisnis dan pengusaha itu, menyatakan kebuntuan di DPR AS bukan hanya masalah dalam negeri, tapi juga berdampak pada negara lain.
“Shutdown tak baik untuk bisnis, tapi juga perekonomian,” kata Pritzker, seperti dilansir Daily Mail, Selasa, 8 Oktober 2013. Penny Pritzker bicara mengenai deadlock pemerintahan Amerika pada pertemuan pimpinan APEC di Nusa Dua, Bali.
Pritzker menjelaskan, ketidakpastian perekonomian Negeri Abang Sam akibat dari shutdown terlalu mengejutkan karena pada saat perekonomian global mulai menunjukkan perbaikan. Terlebih, kata dia, keraguan dan ketidakpastian berlanjut pasca-batalnya perjalanan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke pertemuan forum Asia-Pacific Economic Cooperation di Bali.
Menurut Pritzker, pembatalan tersebut mengundang kecaman dari para pemimpin APEC. Obama yang seharusnya membahas perjanjian perdagangan bebas antara 12 negara tersebut, kata dia, mengecewakan pemimpin negara-negara yang tergabung dalam Trans-Pacific Partnership itu.
Pritzker mengatakan, imbas lain dari ketidakpastian itu adalah data bisnis internasional. Amerika yang dijadikan dasar transaksi bisnis, kata dia, justru terhenti akibat adanya shutdown tersebut. “Kami tak mengumpulkan data bisnis semasa shutdown ini,” kata dia.
Menteri Keuangan Jack Lew mengecam keputusan Kongres untuk menahan persetujuan plafon utang. Ia menilai Kongres tengah "bermain api”. Kementerian Keuangan Amerika Serikat berharap kesepakatan plafon utang akan tercapai pada 17 Oktober. Jika gagal, kata dia, potensi pemerintah mengenai gagal bayar alias default akan terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah.
"Mereka harus memperbesar batas utang karena waktu kami sangat singkat sampai wacana gagal bayar benar-benar terwujud,” kata Lew. Lew mengatakan, apabila kesepakatan tak juga dicapai, Kementerian hanya memiliki sekitar US$ 30 miliar untuk memenuhi komitmen negara itu. Nilai tersebut hanya cukup untuk membiayai aktivitas negara selama tiga hari. Padahal biaya program pemerintahan setahun kedepan lebih dari US$ 700 miliar selama setahun setelah 17 Oktober 2013.
Bos bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, Ben Bernanke, menolak pengurangan stimulus dari US$ 85 miliar yang sebelumnya diprediksi akan dilakukan. Penundaan tapering ini merujuk pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
LINDA HAIRANI | DAILY MAIL | THE HUFFINGTON POST
Topik Terhangat
Ketua MK Ditangkap | Dinasti Banten | APEC | Info Haji | Pembunuhan Holly Angela
Berita Terhangat
Amerika 'Shutdown', Misi ke Mars Tetap Berjalan
Pemerintah Palestina Sahkan Situs Kencan Online
Belanda Praktekkan Suntik Mati Manusia Pertama
Pria yang Bakar Diri di Gedung Capitol Tewas