JM Berger, analis terorisme dari Amerika Serikat menyatakan, orang di belakang akun itu tengah berupaya meraih perhatian dari media. Selain itu, mereka juga berusaha memperkuat pesan yang dikirim oleh al-Shabab, kelompok penyerang pusat perbelanjaan Westgate di Kenya, pekan lalu. Serangan ini menewaskan 39 orang dan melukai 150 yang lain.
Analis kontraterorisme, Patrick Poole melihat, kalangan teroris kini makin berkembang menggunakan jejaring sosial, utamanya Twitter dan Facebook. "Bukan hanya untuk propaganda, tapi juga untuk merekrut anggota baru," ujarnya.
Sejak dibuka, akun Twitter itu memiliki 1.588 follower. Pengelola Twitter sudah beberapa kali menutup akun kelompok teroris, tapi mereka terus membuka yang baru.
NUR ROCHMI | BUSINESS INSIDER