TEMPO.CO, Pyongyang - Komite Sekretariat Reunifikasi dan Perdamaian Korea Utara menghimbau agar Amerika Serikat dan Korea Selatan berhati-hati mengeluarkan pernyataan politik di tengah suasana diplomatik yang memanas. Mereka menuduh peran Amerika Serikat dan beberapa media konservatif milik Amerika Serikat memprovokasi perang secara besar - besaran.
Korea Utara juga mempermasalahkan istilah Amerika dan Korea Selatan yang menganggap bahwa ancaman perang yang telah dilontarkan Korea Utara sebagai perang psikologis yang ekstrim atau propaganda. "Cara seperti itu merupakan sebuah taktik yang berbahaya," ujar Komite Sekretariat Reunifikasi dan Perdamaian Korea Utara, seperti yang dikutip dari kantor berita Korean News Central Agency (KCNA) milik Korea Utara, Jumat 12 April 2013.
Dalam pernyataannya, Komite Sekretariat Reunifikasi dan Perdamaian Korea Utara juga mempersilahkan Amerika dan Korea Selatan berpikir bebas tentang perang psikologi dan propaganda yang mereka tuduhkan. Mereka juga menanggapi, bahwa Korea Utara sebenarnya memiliki itikad baik untuk melakukan perundingan perdamaian.
"Adapun pembicaraan mengenai perdamaian di Korea Utara adalah kehendak tetap dari tentara dan rakyat yang tidak pernah diubah hingga saat ini," ujar Komite Sekretariat Reunifikasi dan Perdamaian Korea Utara. "Meskipun di tengah produksi dan penguatan konstruksi di negeri ini, kami masih mengajarkan soal perdamaian kepada anak-anak di sekolah, meskipun perang akan pecah besok," tambah mereka.
Sebelumnya, Juru bicara Pentagon, George Little menyatakan bahwa Korea Utara dipastikan telah menyiapkan nuklir mereka untuk diuji coba. “Laporan intelijen menyebutkan rezim Korea Utara telah menyiapkan uji coba, mengembangkan, atau mendemonstrasikan berbagai jenis senjata nuklir.”
Little membuat pernyataan itu usai seorang anggota badan legislatif Amerika Serikat memperoleh laporan Badan Intelijen Pertahanan (DIA) di acara dengar pendapat, sebelum Kamis. Dalam laporan, Washington diminta memperhatikan perkembangan program nuklir Korea Utara.
Menanggapi laporan DIA, sejumlah pengamat Amerika Serikat mengatakan Korea Utara diyakini telah mengembangkan senjata nuklir dan sanggup menembakkan misil balistik. Namun, kemampuan senjata itu masih rendah.
Akibat pernyataan perang yang dilontarkan Korea Utara, beberapa media konservatif Amerika dan Korea Selatan memberitakan secara masif bahwa perang seolah akan benar-benar terjadi. Selain memancing reaksi negara-negara yang tergabung dalam G8, pemberitaan media konservatif ini memojokkan posisi dinilai Komite Sekretariat Reunifikasi dan Perdamaian Korea Utara, memojokkan negara yang memiliki paham sosialis - komunis "Juche" itu.
KCNA | AL JAZEERA | CHETA NILAWATY
Berita Terpopuler:
Pejabat DKI Mundur, Meninggalkan Jokowi
Cara Pargono Memeras Asep Hendro
DPRD Jakarta Tuding Jokowi Sebabkan Pejabat Mundur
Pilihan 2014 Cuma Mega, Prabowo, dan Ical
Di Hugo's Cafe, Deki Akrab dengan Anggota Kopassus