TEMPO.CO, London - Merek busana papan atas, Zara, diselidiki atas penggunaan pekerja anak dan kondisi pabrik yang tak layak. Daily Mail melaporkan buruh, termasuk anak-anak, bekerja hingga 16 jam sehari tanpa istirahat dan dilarang meninggalkan pabrik tanpa izin. Di Inggris, penggemar merek ini termasuk istri perdana menteri, Samantha Cameron dan Kate Middleton.
Lokasi pabrik yang diselidiki berada di pinggiran Buenos Aires. Gustavo Vera, seorang juru bicara untuk lembaga nirlaba La Alameda, menyatakan pekerja memulai produksi pukul 07.00 dan bekerja tanpa istirahat sampai pukul 23.00, dari Senin sampai Sabtu.
Dia menyatakan tempat bekerja kerap menjadi tempat tinggal para pekerja. Mereka beristirahat dengan deru mesin jahit. "Tempat ini juga memiliki pencahayaan kurang untuk menjahit dan ruangan dibuat tanpa ventilasi," katanya.
Zara masuk dalam barisan fashion papan atas sejak tiga tahun lalu. Media Inggris menyebut popularitasnya di negeri itu dipengaruhi oleh "efek Kate", yaitu karena seringnya istri Pangeran William ini tampil mengenakan busana merek itu.
Perusahaan retail asal Spanyol itu kini milik memiliki 1.540 toko di seluruh dunia, termasuk 64 unit di Inggris.
Zara dimiliki oleh Inditex, perusahaan milik Amancio Ortega, orang ketiga terkaya di dunia dengan kekayaan 38 million poundsterling, menurut Forbes.
Pabrik mereka di Argentina khusus menjahit lini pria merek ini. Seluruh produknya dijual di Inggris.
Juan Gomez Centurion, pejabat Argentina yang menggerebek tiga pabrik yang memproduksi pakaian Zara pekan lalu, mengatakan pabrik mereka sungguh tak layak. "Kami menemukan laki-laki dan anak-anak yang tinggal di tempat di mana mereka bekerja. Mereka tidak terdaftar dan mereka hidup dalam kondisi yang mengerikan," katanya.
Ini bukan kali pertama Zara tersandung terkait pabrik yang tak layak dan pekerja anak di Amerika Selatan. Pada tahun 2011 sekelompok pekerja, 14 Bolivia dan satu Peru, diselamatkan dari pabrik berlisensi di Sao Paulo, Brasil, di mana pakaian berlabel Zara sedang diproduksi.
Para pekerja imigran, salah satunya dilaporkan masih berusia 14 tahun, hidup dalam kondisi berbahaya dan tidak higienis. Mereka bekerja dalam shift 12 jam dengan gaji setara Rp 1,4 juta hingga Rp 2,5 juta sebulan.
Perusahaan ini kemudian dipaksa untuk meminta maaf di depan wakil Komisi Hak Asasi Manusia Sao Paulo dan membayar denda sebesar lebih dari setara Rp 5,1 miliar serta kompensasi kepada pekerja.
Melalui juru bicaranya, Zara mengatakan mereka terkejut dengan temuan ini. Menurut mereka, dari informasi yang diterima, pabrik yang digerebek itu tidak memiliki hubungan dengan pemasok dan produsen Zara di negara itu.
Dia menambahkan bahwa Zara memiliki 60 pemasok di Argentina. Dalam dua tahun terakhir dilakukan 300 audit terhadap pemasok dan pabrik-pabrik mereka. Zara menyatakan akan bekerja sama dengan penyelidikan itu.
DAILY MAIL | TRIP B
Topik Terhangat:
EDISI KHUSUS Guru Spiritual Selebritas || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo|| Nasib Anas
Baca juga:
Pembocor Sprindik Anas Sekretaris Ketua KPK
Wawancara Abraham Samad, Janji Lebih Galak
Anis Matta: Cita-cita PKS Sama dengan Walisongo