TEMPO.CO, Hebron - Israel menembak mati seorang pemuda Palestina di Kota Hebron, selatan Tepi Barat, setelah dia dihentikan di pos penjagaan. Media berita online Israel, Ynet, melaporkan, insiden penembakan itu merupakan bentuk pencegahan terhadap serangan teror.
Maan News Agency, sebuah situs berita Palestina, mengatakan pasukan Israel menembak mati pemuda itu di Kota Tua Hebron. "Pemuda korban penembakan itu bernama Muhammad Ziad Awad Salaymah." Salah seorang warga Hebron menjelaskan, pemuda tersebut ditembak enam kali.
Micky Rosenfeld, juru bicara polisi Israel, mengatakan, "Seorang warga Palestina mencabut pistol di depan polisi perbatasan di Hebron dekat tempat suci. Polisi terpaksa menembak, membuatnya luka serius. Belakangan, dia dikabarkan meninggal dunia," kata Rosenfeld.
Rosenfeld menambahkan, saat ini tengah dilakukan investigasi atas "indikasi menarik pistol di lapangan". Mereka (tentara yang ada di tempat kejadian) berpikir bahwa alasan penarikan senjata itu tak begitu jelas, terutama tentang alasan mengapa hal tersebut dilakukan pemuda itu."
Usai penembakan, puluhan warga Palestina melakukan unjuk rasa di Kota Tua yang dihadapi oleh pasukan keamanan Israel dengan menembakkan gas air mata dan peluru tajam ke kerumunan massa. "Mereka mendapat perintah menembak dengan peluru tajam," kata seorang warga Hebron kepada Al Jazeera.
Televisi Israel, Channel 7, mengutip keterangan komandan militer Israel di Tepi Barat, mengatakan seorang anggota militer yang sedang bertugas di lapangan memiliki opsi mengambil keputusan sesuai (keadaan) setelah dia mengevaluasi situasi dan tingkat bahaya yang dia hadapi bersama rekan-rekannya. "Berdasarkan evaluasi pribadinya, dia diizinkan menggunakan peluru tajam."
Elie Yishai, Menteri Dalam Negeri, dan Shaul Mofaz, pimpinan Partai Kadima, usai mengikuti pertemuan Dewan Kementerian mengatakan tentara diizinkan menggunakan kekuatan maksimum dalam menghadapi ancaman dari warga Palestina, termasuk menggunakan peluru tajam.
AL JAZEERA | CHOIRUL