TEMPO.CO , Kairo -Undang-undang darurat Mesir berakhir mulai hari ini. Hal itu mengakhiri 31 tahun kuasa polisi menahan dan menangkap seseorang yang dituduh melawan kekuasaan pemerintah.
Sejak pembunuhan mantan Presiden Anwar Sadat pada 1981, pasukan keamanan berwenang menahan dan menangkap seseorang tanpa perintah, memenjarakan mereka meski pengadilan membebaskan dan muncul banyak pengakuan terjadinya penyiksaan. Aksi keji itu selalu tak dihukum.
Pada satu titik di bawah rezim Hosni Mubarak yang terdepak, beberapa kelompok HAM menyebutkan terdapat lebih dari 10 ribu orang ditahan -banyak dari mereka menghilang di penjara-penjara Mesir.
"Ini benar-benar pesan krusial," kata Hosssam Bahgat, aktivis HAM yang berkampanye bertahun-tahun menyingkirkan UU Darurat. "Pasukan keamanan beroperasi di bawah budaya bahwa mereka konstan berlindung dibalik undang-undang."
Meski ditunggu, tak sedikit warga Mesir yang abai soal vonis Mubarak ditengah fokus negeri itu menyelesaikan pemilihan presiden pertama bulan ini pasca revolusi tahun lalu.
Mubarak, bersama mantan Menteri Dalam Negeri Habib El-Adly dan enam asistennya, dituduh menginstruksikan secara berjenjang menembaki pemrotes tak bersenjata selama 18 hari revolusi Mesir. Presiden yang terjungkal itu, serta dua putranya dan pengusaha yang buron, Hussein Salem, juga menghadapi beberapa dakwaan korupsi.
Ratusan demonstran damai pro-demokrasi di Kairo, Alexandria, Suez dan guburnuran lain pada 25-31 Januari 2011 ditembaki pasukan keamanan Mesir.
Dalam kasus manipulasi, Mubarak dituduh menerima suap dari Hussein Salem, juragan resor untuk mengeksploitasi pengaruhnya dan memfasilitasi konsesi-konsesi tanah di Sharm El-Sheikh yang menguntungkan perusahaan yang dimiliki Salem.
Abu-Ghenima Abul-Oeyoun, 49 tahun, ayah dari Mohammad, 20, yang terbunuh di Lapangan Tahrir pada 28 Januari melihat polisi menyerang puluhan ribu pemrotes.
Abul-Oeyoun malah pesimis dan memperkirakan Mubarak akan dibebaskan. "Para pengacara bilang ke saya dia bakal dihukum. Tapi dengan situasi saat ini, dan Shafiq (kandidat presiden yang merupakan perdana menteri terakhir Mubarak) muncul tiba-tiba menonjol, saya tidak berfikir begitu," katanya, Jum'at 1 Juni 2012 di Kairo.
AP | AHRAM ONLINE | USA TODAY | DWI ARJANTO