TEMPO.CO , Kairo - Mesir menggelar pemilihan presiden, Rabu, 23 Mei 2012, untuk pertama kalinya dalam sejarah demokrasi Negeri Piramid menyusul tumbangnya Presiden Husni Mubarak, tahun lalu.
Kali ini 50 juta warga Mesir bakal berbondong-bondong menuju kotak suara untuk menentukan pemimpin masa depan setelah mereka tak pernah melalukannya sejak 30 tahun silam.
"Tentu saja saya akan mencoblos. Saya ingin perubahan. Kami tak bisa berdiam diri untuk menentukan masa depan kehidupan kami," ujar Wael Azmy, akuntan yang sengaja mengambil cuti untuk memberikan suaranya di TPS.
Para pemilih sempat terbelah karena selama tiga pekan mereka harus memberikan dukungan kepada calonnya melalui media kampanye yang berakhir Senin lalu. Mesir, kali ini, juga melakukan pemilihan presiden dengan gaya Amerika Serikat, yakni para calon presiden diberikan kesempatan berdebat publik.
Selain itu koran-koran setempat memberikan porsi wawancara terhadap para calon termasuk pemasangan iklan. Bahkan spanduk-spanduk tentang para calon tampak bertebaran di jalanan.
Sebanyak 13 calon presiden Mesir bertarung untuk memperebutkan tampuk kekuasaan. Hasil putaran pertama pemilihan kemungkinan bisa diketahui pada Rabu atau Kamis waktu setempat. Selanjutnya pemenang akan bertarung lagi di putaran kedua pada Juni mendatang.
Mesir telah mencatatkan dalam sejarah bahwa negeri yang bertahun-tahun dipimpin oleh firaun, sultan, dan pejabat militer sekarang mencoba bangkit sebagai negara demokrasi usai tumbangnya Husni Mubarak yang berkuasa selama 30 tahun.
Beberapa calon yang memiliki basis pendukung kuat antara lain: Ahmed Shafiq, bekas komandan pasukan angkatan udara; Amir Mousa, bekas menteri luar negeri dan pimpinan Liga Arab; Mohammed Mursi, dari Ikhwanul Muslimin mewakili Partai Keadilan dan Kebebasan; Abdul Moneim Aboul Fotouh, calon independen.
AL JAZEERA | BBC | CHOIRUL