TEMPO.CO , NEW YORK:- Pesawat maskapai penerbangan United Airlines, Sabtu petang lalu, tiba di Bandar Udara Internasional Newark Liberty di New Jersey. Ada yang berbeda dengan penerbangan itu. Pengamanan terasa lebih ketat dan penumpang dilarang memotret sepanjang perjalanan dari Beijing ke Amerika Serikat.
Pesawat itu bukan mengangkut politikus ataupun selebritas, melainkan sepasang suami-istri dan kedua anaknya. Hanya, mereka bukan warga Cina biasa. Sang suami, yang buta sejak lahir, menjadi perhatian dunia selama beberapa pekan terakhir. Dialah Chen Guangcheng, aktivis hak asasi manusia asal Desa Dongshigu, Provinsi Shandong.
Ditemani dua diplomat Amerika yang dapat berbahasa Cina, Chen diantar ke Universitas New York, tempat ia akan menimba ilmu di Fakultas Hukum. “Saya yakin, betapapun sulitnya situasi, tak ada yang mustahil. Kesetaraan dan keadilan tak memiliki batasan,” kata Chen kepada wartawan di asrama Universitas New York di Greenwich Village, Manhattan.
Namun kegembiraan Chen memiliki pengorbanan. Hingga detik ini, ibu dan saudara-saudaranya berada dalam tahanan rumah sejak ia melarikan diri pada April lalu. “Saya berharap ada penyelidikan atas insiden ini,” ujar Chen, pilu.
Kepergian Chen dari negeri kelahirannya pun bisa jadi untuk selamanya. Meski ia tak meminta suaka politik di Amerika, pemerintah Cina akan mempersulit kepulangan Chen. “Saya rasa ia tak mungkin kembali ke Cina,” ujar profesor di Universitas Shandong, Sun Wenguang, kepada AFP kemarin. “Dia menyebabkan konflik internasional dan menarik perhatian pers dunia. Pemerintah Cina tak akan membiarkannya pulang dengan mudah.”
L CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | SITA PLANASARI A