TEMPO.CO , Kampala - Nun jauh di Republik Afrika Tengah, pasukan khusus AS dan tentara Uganda mulai memetakan perburuan atas Joseph Kony, pimpinan Tentara Perlawanan Tuhan (Lord's Resistance Army/LRA). Ia diendus bersembunyi di suatu daerah seukuran California.
Markas mereka di sebuah bangunan milik seorang dokter yang dibunuh tahun lalu oleh LRA saat mengangkut obat-obatan melalui jalan darat. Tujuan misi jelas. "Menangkap Joseph Kony dan melenyapkan kepemimpinannya dari medan perang," kata Kapten Ken Wright, seorang personel Navy SEAL. Sebanyak 100 personel telah diterbangkan dari AS pada bulan Oktober untuk mendukung operasi ini.
Baca Juga:
Kony telah menghindari militer di kawasan itu selama hampir tiga dekade, menculik puluhan ribu anak-anak untuk dijadikan milisinya. Tak hanya jadi milisi, mereka juga menjadi budak seks. Ribuan bocah tewas akibat ulahnya.
Bukan obral tembakan, para personel AS ini malah sibuk di depan laptop dan peralatan lain. Menembak diizinkan, jika mereka betul-betul terdesak.
Sebaliknya, fokus mereka adalah pada peningkatan kecerdasan untuk memetakan posisi LRA. Tepatnya, posisi sang pemimpin, sebelum akhirnya pengejaran dimulai.
Baca Juga:
"Kami butuh pola untuk melihat di mana LRA mungkin bergerak, atau daerah bersejarah tempat mereka biasa beroperasi, sehingga kita dapat memprediksi ke mana mereka akan pergi. Kami juga mencoba melihat siapa pimpinan yang paling efektif menggunakan pasukan di lapangan," Kata Kapten Gregory, personel berusia 29 tahun asal Texas.
Bagi banyak tentara AS yang baru saja bertugas di Afganistan dan Irak, hutan-hutan lembap di Afrika Tengah adalah wilayah yang asing.
Penempatan mereka meningkatkan ekspektasi lokal bahwa pesawat tak berawak juga dilibatkan. Namun ia membantahnya dan menyebut medan Afrika adalah tantangan yang tak terduga. "Di sini kami dihalangi vegetasi, beda dengan di wilayah padang pasir," katanya. Vegetasi, kata Gregory, menyerap sinyal dan suara.
Kony bak legenda di Afrika. Melarikan diri dari Uganda tahun 2005, ia bergerak di daerah tak bertuan di Sudan Selatan, sebelum kemudian masuk ke Kongo. Pada Desember 2008, setelah pembicaraan damai gagal, pasukan Uganda dan jet tempur menghantam tempat persembunyian LRA di Kongo. Kony menyelinap, memunculkan spekulasi bahwa dia punya kemampuan menghilang.
Kony kembali menjadi sorotan awal tahun ini ketika sebuah video, Kony 2012, menyoroti mutilasi mengerikan, pemerkosaan, dan pembunuhan dilakukan oleh para prajuritnya.
Pejabat militer AS enggan berkomentar soal operasi Kony. "Upaya global untuk menemukan Usamah bin Ladin membutuhkan waktu 10 tahun dengan tingkat yang luar biasa dari upaya itu. Jadi mungkin masih butuh 10 tahun untuk menemukannya (Kony)," kata Jenderal Carter Ham, komandan US Afrika Command (AFRICOM), pada suatu briefing di Jerman menjelang operasi itu. "Jadi ini adalah misi yang sulit."
TRIP B | REUTERS