TEMPO.CO, Ankara -- Pertempuran masih terjadi di Suriah. Turki kemarin menyebutkan akan menimbang membuat sebuah "zona penyangga" di perbatasan untuk melindungi pengungsi Suriah yang kabur dari pemberontakan berdarah terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Revolusi memasuki tahun kedua, pasukan pemerintah bertempur memerangi pemberontak di sedikitnya tiga kawasan di pinggiran Ibu Kota Damaskus. Aktivis oposisi juga mengklaim terjadi baku tembak di beberapa kota.
Selain itu, Assad menghadapi peningkatan isolasi setelah beberapa negara Arab mengumumkan telah menutup kedutaan besarnya di Suriah.
Hampir bersamaan, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan, memberikan paparan kepada Dewan Keamanan PBB dalam upaya-upayanya mengakhiri kekerasan. Tapi, sejauh ini, belum ada terobosan apa pun.
Di Ankara, Perdana Menteri Turki Tayiip Erdogan, yang pernah menjadi sekutu dekat Assad, menyebutkan akan menimbang pembuatan sebuah zona penyangga di perbatasan Turki-Suriah. Ankara juga segera mempertimbangkan menarik duta besarnya bila warganya sudah mudik ke Turki.
"Sebuah zona penyangga, zona keamanan, adalah hal-hal yang tengah kami pelajari," kata Erdogan kepada wartawan kemarin. Ditambahkannya, ide-ide lain juga tengah ditimbang.
Lembaga Syrian Observatory for Human Rights melaporkan adanya 45 warga sipil yang tewas dalam beberapa hari terakhir, termasuk 23 mayat yang ditemukan dalam kondisi tangan terikat dan lima tentara desertir.
Pemerintah Suriah berkali-kali menyebutkan mereka memerangi pemberontakan oleh kelompok-kelompok teroris dan militan yang didukung asing. Damaskus juga membantah tuduhan-tuduhan melakukan aksi brutal terhadap warga sipil.
REUTERS | ASIAONE | DWI ARJANTO