TEMPO.CO , Manila - Korban tewas banjir bandang yang melanda Filipina selatan lebih dari sepekan lalu hampir menembus 1.500 orang. Para pejabat mengatakan beberapa mayat telah ditemukan di perairan selatan Pulau Mindanao.
Tidak jelas berapa banyak orang yang masih hilang, tetapi para pejabat mengatakan pencarian akan terus berlanjut. Topan Washi yang menghancurkan Kota Cagayan de Oro dan Iligan pada 16-18 Desember telah menyebabkan sungai meluap, tanah longsor, dan seluruh desa tersapu banjir.
Kantor Pertahanan Sipil Filipina mengatakan jumlah orang meninggal meningkat menjadi 1.453 setelah 200 mayat ditemukan di dalam air.
Ana Caneda, Kepala Pertahanan Sipil Daerah, mengatakan bahwa mereka kemungkinan menemukan lebih banyak lagi korban. "Masih terdapat banyak daerah yang bau mayat membusuk," katanya. "Kami tidak tahu berapa banyak orang yang terkubur di bawah lumpur itu."
Badan Bencana Nasional mengatakan proses pembangunan perumahan sementara bagi para korban bisa memakan waktu hingga kurang lebih enam bulan. Beberapa di antara mereka saat ini tinggal di tempat penampungan sementara seperti gedung sekolah.
Ketua Palang Merah Filipina, Richard Gordon, mengatakan kepada BBC bahwa penyediaan perumahan jangka panjang adalah sebuah tantangan. "Sekarang yang mereka butuhkan adalah perumahan sementara," katanya. "Masalahnya adalah tanah. Kita perlu memiliki tanah yang aman. Tanah tersebut tidak akan terancam oleh gempa bumi atau banjir atau tanah longsor.”
Badan-badan bantuan telah mengusahakan dana untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencari bantuan US $28,6 juta (Rp 259,6 miliar) dari donor untuk membantu menyediakan air dan sanitasi bagi korban badai di Filipina.
BBC | ANANDA PUTRI