TEMPO Interaktif, Burma - “Berani sekali Anda datang sendiri menemui saya,” ucap Aung San Suu Kyi, pemimpin gerakan damai untuk demokrasi di Burma dan pemimpin partai politik National League for Democracy (NLD), saat ditemui Maria Rita dari Tempo di kantornya di Yangon, Burma, Selasa pekan lalu.
Menemui penerima Nobel Perdamaian 1991 itu, apalagi untuk mewawancarainya, jelas bukan hal yang mudah. Seorang staf Suu Kyi menyatakan perlu usaha ekstra keras masuk ke negeri junta militer itu terlebih dulu sebelum menemui tantangan berikutnya mewawancarai Suu Kyi.
“Saya ingatkan Anda, segalanya tak ada yang pasti di sini,” ujarnya. “Silakan saja menguji keberuntungan Anda.”
Pemerintah junta memang dikenal sangat ketat dalam pemberian visa masuk ke Burma. Bahkan visa on arrival pada pertengahan tahun ini tidak diberlakukan lagi karena diduga banyak dipakai untuk kegiatan jurnalistik, politik, dan aktivis NGO. Tempo akhirnya berhasil masuk Burma melalui Thailand.
Tantangan berikutnya muncul. Mata-mata nyalang terus menguntit siapa pun yang hendak berkunjung ke markas NLD, partai bentukan Suu Kyi. Ketika Tempo hendak mengikuti acara ritual Buddha yang akan dilaksanakan Suu Kyi pada Rabu (8/12) di depan kantor NLD, dua pria menghampiri ketika Tempo berusaha mengambil foto Suu Kyi memberikan hadiah dalam kantong plastik kuning kepada para biksu. Mereka saling mengedipkan mata dan menanyakan kehadiran orang asing di dekat mereka.
Di kantor NLD, seorang pejabat yang mengurusi media membuat media mana pun kian pesimis bisa mewawancarai langsung tokoh demokrasi yang belum lama dibebaskan dari tahanan rumah itu. Menurutnya, puluhan permohonan wawancara dari berbagai media internasional sudah menumpuk. Keputusan menentukan media mana yang akan diterima untuk wawancara ada di tangan Suu Kyi sendiri. Sejauh ini, ujarnya, media internasional yang mewawancarai langsung Suu Kyi belum ada. Suu Kyi hanya pernah beberapa kali memberikan wawancara pendek lewat telepon.
Kabar mengejutkan dan sekaligus menggembirakan itu pun datang beberapa hari kemudian. Suu Kyi memutuskan menerima Tempo pada Selasa (14/12) pukul 10.30. Ketika ditanya mengapa akhirnya menerima Tempo, Suu Kyi yang menyambut di ruang kerjanya dengan senyum dan keramahan yang tulus, mengatakan, ”Indonesia, teman dekat kami.”
Wawancara lengkap Tempo dengan anak perempuan peletak dasar demokrasi untuk Burma, Jenderal Aung San, itu bisa dibaca di Koran Tempo, Majalah Tempo, dan Tempo Interaktif, Senin mendatang. Sedikit bocoran wawancara, Suu Kyi antara lain bicara tentang:
1. Tuntutannya pada pemerintah Burma untuk melepas seluruh tahanan politik.
2. Harapannya pada Indonesia dan ASEAN
3. Ketidaktakutannya pada penjara
4. Hobinya selama dalam tahanan rumah: membaca Harry Potter!
Maria Rita | YR