TEMPO Interaktif, New York - Kontroversi pembangunan masjid yang sekaligus menjadi pusat kegiatan Muslim di New York berlanjut. Imam Feisal Abdul Rauf mengatakan pembangunan masjid yang hanya berjarak dua blok dari bekas lokasi Menara Kembar World Trade Center, yang luluh lantak akibat Serangan 9/11, itu bertujuan mencegah teror serupa.
"Amerika membutuhkannya, dan dunia Muslim membutuhkannya," ujar Abdul Rauf dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS, seperti dikutip Reuters, Senin (27/9). Menurutnya, pembangunan masjid merupakan wadah yang tepat untuk membangun perdamaian, sekaligus mencegah teror. "Untuk memperkuat suara kaum moderat," katanya.
Sang imam lahir di Kuwait, 68 tahun lalu. Dia mengenyam pendidikan di Amerika Serikat sejak 1960-an, memimpin Masjid Al-Farah di New York sejak 1983, dan mendapat kewarganegaraan setempat. "Jika 9/11 terjadi lagi, saya ingin jadi orang yang pertama mati," ujar Abdul Rauf. "Sudah jadi tugas saya sebagai Muslim AS untuk melindungi warga Non-Muslim AS dari penyerang kaum radikal."
Sebuah pengembang di New York mengumumkan rencana pendirian gedung 13 lantai sebagai pusat komunitas Islam yang dilengkapi masjid. Letaknya sekitar dua blok dari Ground Zero, monumen bekas menara kembar WTC yang hancur setelah ditabrak pesawat yang dikendalikan teroris pada 11 September 2001
Pembangunan ini ditentang oleh keluarga korban tragedi 9/11. Namun, Abdul Rauf, Imam yang menjadi penggagas ide pembangunan Pusat Studi Islam dan masjid terus memperjuangkan rencananya itu.
REUTERS | REZA M