"Ini transaksi terbesar sepanjang sejarah," kata juru bicara markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Geoff Morrell. Tengok saja menu belanjanya: 84 unit jet tempur F-15, helikopter Apache, kapal perang, dan sistem pertahanan udara supercanggih. Kontrak itu juga termasuk peremajaan sejumlah jet tempur dan sistem pertahanan rudal.
"Motivasi terbesar pembelian senjata ini jelas karena program nuklir dan rudal Iran," kata Morrell tanpa tedeng aling-aling. Meski begitu, kata dia, ada hal lain yang juga jadi pertimbangan. "Kesepakatan ini memungkinkan Arab Saudi menghadapi serangan-serangan kelompok teroris yang berasal dari perbatasan Yaman."
Hal senada diungkapkan pengamat pertahanan pada Center for Strategic and International Studies, Anthony Cordesman. "Kalau Saudi merasa aman, buat apa mereka membeli senjata dalam partai besar?" ujarnya. "Inikan bukan uang yang sedikit." Maklumlah, Iran memiliki 300 pesawat tempur, yang berasal dari Rusia dan Amerika Serikat.
Selain itu, kata Cordesman, penjualan senjata ini sekaligus memperbaiki hubungan Amerika-Saudi. "Kontrak ini sinyal pulihnya 70 tahun aliansi Saudi-Amerika pasca-serangan 11 September 2001," tuturnya. Sebab, 15 dari 19 pembajak pesawat sipil yang dipakai untuk menyerang Amerika Serikat saat itu adalah warga negara Saudi.
Lantas bagaimana dengan kemungkinan Saudi menyerbu Israel? Amerika Serikat telah memastikan kepada Israel bahwa kemampuan senjata yang dijual itu Washington setingkat di bawah milik Israel, yang telah memesan 20 pesawat tempur siluman F-35 dengan harga hampir US$ 3 miliar. "Apalagi sistem pertahanan ini cuma Amerika yang tahu," ujar Cordesman. l AP | ECONOMIST | CSMONITOR | ANDREE PRIYANTO
Jual Beli Senjata Perang
Pemerintahan Presiden Barack Obama setuju untuk menggelar transaksi jual-beli senjata militer senilai US$ 123 miliar dengan empat negara Teluk. "Inilah transaksi penjualan senjata militer terbesar," kata juru bicara markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, Geoff Morrell.
Menurut Morrell, peralatan perang ini dijual guna menyokong Arab Saudi di garis depan pertempuran di kawasan Teluk. Salah satunya dengan Yaman. Namun tak sedikit yang menduga senjata ini untuk melindungi Timur Tengah dari kemungkinan serbuan Iran. Benarkah? Setidaknya begitu kata pengamat politik luar negeri dari Center for Strategic and International Studies, Anthiny Cordesman.
"Iran terus-menerus mengatakan bisa melumpuhkan Amerika Serikat," kata Cordesman. Bukan hanya itu. Pentagon juga menjual sekitar 20 unit pesawat tempur siluman F-35 dengan harga hampir US$ 3 miliar. Pemerintah Israel malah telah secara resmi menyetujui rencana pembelian jet tempur siluman itu.
"Pembelian pesawat canggih ini merupakan langkah penting dalam memperkuat militer Israel," ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Tak cuma Amerika yang berdagang senjata militer supercanggih. Rusia pun disebut sebut berencana menjual rudal jelajah antikapal kepada Suriah.
"Kesepakatan ini berasal dari kontrak pada 2007," kata Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Serdyukov seperti dikutip RIA Novosti. Rudal Yakhony ini dibeli Suriah dengan nilai kontrak US$ 300 juta. Gara-gara rudal inilah Israel berang. "Senjata ini bisa dipakai gerilyawan Hizbullah," kata Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.
Sebab, Hizbullah selama ini diklaim memiliki persenjataan militer yang lebih canggih daripada Angkatan Bersenjata Libanon. Senjata-senjata itu konon diperoleh Hizbullah dari Iran, sekutu dekatnya. Hizbullah, misalnya, pernah mengejutkan Israel dengan menyerang salah satu kapal angkatan lautnya memakai rudal jelajah selama perang Libanon 2006. Adapun Suriah membantah jika disebut mempersenjatai Hizbullah. l AP | FINANCIALTIMES | GRAPHICNEWS | ANDREE PRIYANTO