Rauf yang berbicara di Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat, Senin (13/9), mengaku sangat menyadari bahwa upaya untuk mewujudkan rencananya itu menuai pertentangan. "Pasti, layaknya badai api semua ini," kata dia
Rauf sebelumnya telah berulang kali menolak pindah dari lokasi yang direncanakan, dua blok dari Ground Zero, sebuah monumen bekas dua menara kembar WTC yang dihancurkan oleh kelompok Al Qaeda itu.
Dia mengakui, bagaimanapun tekanan untuk memindahkan lokasi Pusat Studi Islam itu telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena menjadi isu politik nasional di Amerika.
"Kami sedang mengeksplorasi semua opsi saat kita bicara sekarang ini dan kami terus bekerja untuk mencari solusi, insya Allah akan bisa selesai krisis ini," kata Rauf tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang sedang dipertimbangkan.
Sebuah jajak pendapat yang dikeluarkan Senin (13/9) oleh Quinnipiac University menyebutkan bahwa 63 persen responden di Amerika Serikat menyatakan salah untuk membangun sebuah masjid dan pusat Islam begitu dekat di Ground Zero.
Sekitar 2 ribu orang berkumpul pada Sabtu lalu untuk memperingati sembilan tahun serangan 9 September di dekat lokasi yang diusulkan oleh Rauf tersebut. Seorang pendeta di Florida, Terry Jones mengancam akan membakar Al-Quran pada hari acara peringatan 9 September jika masjid dan Pusat Studi Islam tetap dibangun di lokasi itu.
Meskipun Jones membatalkan rencananya, Rauf mengatakan bahwa peristiwa di New York itu sedang menjadi sorotan di seluruh dunia. "Misalnya kita berbicara lantang ke seluruh dunia," kata Rauf. "Apa yang terjadi di sini akan memiliki efek."
Rauf menyatakan muslim Amerika harus bisa mengatasi diskriminasi dan diakui sebagai orang Amerika penuh. "Sekarang giliran kita sebagai umat Islam untuk minum dari cawan ini."
REUTERS l BASUKI RAHMAT