TEMPO Interaktif, Yerusalem - Aktivis Pro-Palestina mengirim sebuah perahu lain untuk menantang blokade Israel dari Jalur Gaza dan Mesir hari Selasa menyatakan membuka sebuah pintu penyeberangan untuk sementara ke wilayah Palestina setelah serangan terhadap armada bantuan yang berakhir dengan terbunuhnya sembilan aktivis oleh tentara Israel.
Serangan itu memicu kutukan dunia internasional terhadap Israel, memunculkan pertanyaan-pertanyaan di dalam negeri, dan tampaknya cenderung untukk meningkatkan tekanan guna mengakhiri blokade yang telah memperdalam kemiskinan 1.500.000 warga Palestina di jalur itu.
Turki, yang secara tidak resmi mendukung armada itu, telah memimpin kritik, menyebut serangan Israel pembantaian "berdarah" dan menuntut Washington mengecam serangan itu. Gedung Putih bereaksi hati-hati, dengan menyerukan pengungkapan semua fakta.
Namun ada tanda-tanda bahwa kemitraan strategis jangka panjang antara Israel dan sekutu terpenting Muslim itu akan bertahan: Turki membatalkan tiga latihan darat dan latihan laut bersama, tapi tampaknya mempertahankan hubungan militer mendalam yang meliputi rencana mengirim US$ 183 juta dalam latihan Israel di musim panas ini.
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak berbicara kepada rekannya di Turki serta kepala staf Turki Senin, dan mereka sepakat bahwa serangan itu tidak akan mempengaruhi kesepakatan senjata, kata pejabat pertahanan. Para pejabat berbicara dengan syarat anonim karena mereka membicarakan hubungan militer sensitif.
Di tengah ketegangan, militer Israel mengatakan melakukan serangan udara di Gaza pada hari Selasa, dan kelompok militan Islam mengatakan tiga anggotanya tewas setelah menembakkan roket ke Israel selatan. Pemerintah Israel mengatakan roket mendarat di daerah terbuka dan tidak menyebabkan cedera.
AP | EZ