TEMPO Interaktif, Bangkok - Tentara Thailand memperingatkan Demonstran “Baju Merah” bahwa waktu sudah hampir habis. Kelompok antipemerintah ini harus meninggalkan pendudukannya di jantung komersial Bangkok sebelum tindakan keras dilakukan.
Namun, kelompok “Baju Merah” yang kebanyakan warga miskin pedesaan, tetap menantang dan menolak pembicaraan dengan pihak berwenang sampai militer ditarik. Ketegangan tetap tinggi setelah bentrokan semalam pecah antara demonstran “baju merah” dan ratusan demonstran pro-pemerintah. Mereka saling lempar botol, batu dan petasan.
Demonstran “Baju Merah” mengatakan tidak siap untuk bernegosiasi dengan pemerintah, meskipun ancaman tindakan tegas oleh militer untuk membubarkan demonstrasi massa. "Kami tidak ingin risiko hidup anda terancam. Jika ada bentrokan anda bisa terluka oleh peluru nyasar," kata juru bicara militer Sunsern Kaewkumnerd.
Sunsern mengatakan, ada 6.000 demonstran berbaju merah di lokasi. Jumlah ini turun dari 14 ribu, pada Rabu malam.
Para demonstran mengimbau PBB untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Bangkok untuk membantu mereka. Pemimpin “Baju Merah” Veera Musikapong mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam suratnya untuk "mengutuk dan menghentikan penindasan pemerintah sehingga orang-orang tak berdosa tidak akan hilang".
Tumpukan tongkat bambu runcing dan batu paving yang rusak telah ditimbun, memicu kekhawatiran konfrontasi baru dengan pasukan keamanan yang mengancam akan menggunakan gas air mata dan peluru jika diperlukan.
Amerika Serikat mendesak kedua belah pihak untuk mencari penyelesaian damai terhadap krisis minggu-panjang, yang telah menutup ibu kota Thailand, termasuk jantung ritel dan hotel. Ini akan memperburuk kerusakan ekonomi dari negara tujuan wisata itu.
"Kita akan terus mendorong kedua belah pihak untuk bekerja di luar perbedaan pendapat mereka secara damai," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley. "Kami tidak percaya bahwa kekerasan dalam bentuk apapun atau bentuk apapun merupakan solusi. Ini tantangan politik."
Krisis politik telah menyebar ke timur laut pedesaan, di mana para pengunjuk rasa telah memblokade kereta militer dan memaksa pasukan untuk kembali ke pangkalan mereka. Dan dalam insiden lain di dekatnya, militer mengatakan bahwa ada 200 tentara ditahan oleh pengunjuk rasa dan masih ditahan.
Pihak militer mengatakan para pemimpin lokal “Baju Merah” akan dipanggil oleh otoritas atas insiden kereta dan didakwa melakukan penahanan ilegal. "Jika negosiasi gagal maka kita telah menyiapkan 600 tentara dan polisi untuk menindak mereka," kata Sunsern, juru bicara tentara.
AP| REUTERS| NUR HARYANTO