Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahasiswa Usia 13 Tahun Ini Protes karena Dilarang ke Afrika

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Slorrs - Seorang mahasiswa di Amerika protes karena tidak dibolehkan ke Afrika untuk keperluan studinya dengan alasan ia masih terlalu muda. Padahal, mahasiswa yang bernama Colin Carlson itu bahkan menganggap pada usia ke 13 ia telah kehabisan waktunya untuk mengejar gelar di Perguruan Tinggi.

Colin adalah seorang mahasiswa di University of Connecticut, mencari gelar sarjana dalam ekologi dan evolusi biologi serta studi lingkungan. Tapi dia terhambat oleh penolakan universitas terhadap permintaannya untuk mengambil kelas yang mencakup kerja lapangan musim panas di Afrika Selatan.

Dia dan ibunya menceritakan, pejabat universitas mengatakan kepada mereka bahwa dia terlalu muda untuk kursus di luar negeri. Jadi dia mengajukan tuntutan diskriminasi usia kepada universitas dan Departemen Pendidikan Amerika.

"Aku kehilangan waktu dalam empat tahun rencana untuk kuliah," katanya. "Mereka mengacaukan kerangka salah satu jurusan saya."

Michael Kirk, juru bicara Univeristas tidak akan mengomentari kasus Colin. Tapi dia mengatakan bahwa pada umumnya, keselamatan adalah perhatian utama universitas ketika mahasiswanya terlibat dalam perjalanan itu.

Universitas tidak akan membiarkan Colin mendaftarkan diri, bahkan setelah ibunya, Jessica Offir, menawarkan untuk melepaskan Universitas dari tanggung jawab dan menemani putranya sebagai pendamping dengan biaya sendiri.

Menurut Offir, ketika berusia dua atau tiga tahun, Colin mulai membaca sendiri. Pada usia empat tahun ia sudah membaca "Harry Potter". Anak tunggal ini telah mampu menghadapi berbagai kesulitan karena kemampuan otaknya.

Colin melewatkan dua kelas di sekolah umum dan mulai mengambil psikologi, sejarah, dan kursus lainnya di Universitas Connecticus ketika berusia sembilan tahun. Ia lulus dari Stanford University Online High School di usia 11 tahun, dan langsung terdaftar penuh di Uconn.

"Aku benar-benar seperti mahasiswa lainnya,” katanya. "Para dosen dan mahasiswa memiliki hal-hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada mengkhawatirkan anak usia 13 tahun sendiri. "

Selama bertahun-tahun, Colin, yang mengatakan terpesona ekosistem alam, telah melakukan perjalanan secara ekstensif. Dia telah ke Nova Scotia dan Ekuador, mengunjungi berbagai taman nasional dan, dengan ibunya, berkeliling Amerika dengan mobil.

"Sangat penting untuk memiliki pandangan dunia yang sangat luas," katanya. "Biologi pada dasarnya tentang keanekaragaman kehidupan, dengan fokus di seluruh planet."

Colin mengatakan kursus dalam pekerjaan konservasi di Afrika Selatan akan menjadi penting untuk studinya dan penolakan Uconn telah memaksa dia untuk mengubah rencana tesisnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia mengatakan setelah ia menyelesaikan studi sarjana, ia ingin Ph.D. dalam ekologi dan evolusi biologi dan gelar lainnya dalam hukum lingkungan hidup untuk berkarir dalam sains konservasi. Dia ingin memperoleh dua gelar pada usia 22 tahun.

Carl Schlichting, seorang profesor ekologi dan evolusi biologi yang telah mengajar di dua mata kuliah Colin, mengatakan ia tidak hanya murid yang luar biasa, tetapi juga sangat profesional bagi anak seusia 13 tahun.

"Dia memiliki ide-ide yang sangat kuat tentang apa yang ingin ia lakukan," katanya. "Kepercayaan dirinya sangat tinggi. Ini paket yang sangat luar biasa untuk melihat kecerdasan dan kepercayaan diri pada usia itu."

Untuk dapat memenuhi syarat belajar di luar negeri, para siswa tidak boleh berada pada masa percobaan di universitas atau percobaan akademis dan harus mendapat nilai rata-rata minimal "C". Tapi itu bukan masalah bagi Colin, yang merupakan murid teladan dengan IPK hampir sempurna, 3,9.

Brian Whalen, presiden dan chief executive officer dari Forum Pendidikan di Luar Negeri, anggota asosiasi nirlaba dari 400 sekolah, instansi dan kelompok-kelompok lain mengatakan ia belum mendengar kasus lain di mana seorang mahasiswa usia Colin telah mencoba belajar di luar negeri. Ketika diterima di sebuah perguruan tinggi atau universitas, seorang mahasiswa umumnya diasumsikan memiliki akses ke program akademik, katanya.

Walaupun Colin terhalang ke Afrika Selatan, tentu saja ia akan berpartisipasi dalam National Science Foundation yang didanai oleh kelompok riset yang juga akan membawanya ke Afrika Selatan untuk mempelajari ekologi tanaman.

Colin dan ibunya mengatakan mereka akan puas jika universitas menjamin bahwa penelitian yang didanai NSF untuk perjalanan dan seminar itu memenuhi persyaratan akademik yang awalnya dia cari. Mereka juga telah meminta bahwa $ 5.000 gaji dan biaya akan dikembalikan.

Pengacara mereka, Michael Agranoff, mengatakan ia ingin menegosiasikan sebuah solusi. Dia dan seorang pengacara untuk negara telah menjadwalkan pertemuan pertama mereka Jumat (26/3).

Colin mengatakan ia akan memilih untuk tidak ribut-ribut, tapi ia tak memiliki pilihan lain.



AP | HAYATI MAULANA NUR

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran