TEMPO Interaktif, London - Perdana Menteri Inggris Gordon Brown hari Rabu meminta maaf atas kebijakan Inggris untuk mengirim ribuan anak-anak miskin ke luar negeri, kebanyakan tanpa sepengetahuan orangtua mereka, di mana banyak yang menderita penganiayaan.
Ribuan orang dikirim dari panti asuhan dan lembaga-lembaga di Inggris ke negara-negara Persemakmuran, terutama Australia dan Kanada, di bawah Program Migran Anak yang berakhir 40 tahun yang lalu.
Para saudara pun berpisah, beberapa anak-anak dibohongi dan diberitahu bahwa mereka anak-anak yatim, sementara orang tua mereka tidak tahu di mana anak mereka telah dikirim.
Banyak anak-anak ditempatkan dalam rumah-rumah di mana mereka mengalami penyiksaan fisik dan seksual, atau digunakan sebagai buruh di peternakan. Pihak berwenang sengaja mengubah nama anak-anak dan ulang tahun mereka sehingga tidak mungkin bagi keluarga-keluarga untuk bersatu kembali.
"Untuk semua mantan migran anak dan keluarga mereka, kepada orang-orang di sini bersama kami hari ini dan orang-orang di seluruh dunia, untuk masing-masing dan setiap orang, Saya katakan hari ini kita benar-benar minta maaf," kata Brown kepada parlemen, seraya menambahkan bahwa peristiwa ini adalah "episode sejarah yang memalukan. "
"Kami mohon maaf karena perlu waktu lama agar hari-hari penting ini tiba dan untuk semua maaf yang pantas."
Child Migrants Trust memperkirakan sekitar 130 ribu anak-anak berusia 3-14 dikirim dari Inggris ke koloninya selama diberlakukannya kebijakan yang berlangsung dari 1930-1970 dengan tujuan memberikan para pemuda kehidupan yang lebih baik.
REUTERS | EZ