Para perwira CIA itu tewas di Provinsi Khost, Afganistan, dekat perbatasan Pakistan, pada pekan lalu akibat bom bunuh diri di markasnya. Si pembom bunuh diri, Humam Khalil Abu-Mulal al-Balawi, adalah orang Yordania yang menjadi mata-mata CIA di Afganistan.
Al-Balawi ini, selama dua pekan sebelum melakukan serangan bunuh diri, memberi informasi intelijen kelas atas, yang informasinya bisa langsung ditindak lanjuti oleh CIA. Informasinya bukan intelijen kasar yang masih harus dianalisis.
Saat serangan itu, al-Balawi berpura-pura mengundang tujuh perwira CIA itu berkumpul di kompleks persembunyian mereka saat serangan. Ia mengatakan akan memberi informasi muktahir soal para pemimpin al-Qaidah.
Karena al-Balawi sudah dikenal baik oleh petugas keamanan, mobilnya tidak diperiksa saat masuk kompleks persembunyian CIA di Khost. Mobil itu ditabrakkan ke rumah persembunyian dan menewaskan sejumlah orang termasuk tujuh perwira CIA.
Nama al-Balawi sebagai pembom sudah dikonfirmasi oleh harian Washington Post, al-Jazeera, dan MSNBC. Menurut al-Jazeera, al-Balawi direkrut menjadi mata-mata CIA untuk melacak orang nomor dua al-Qaidah, dr. Ayman al-Zawahiri.
Sebagai pengendali al-Balawi, CIA memanfaatkan dinas intelijen Yordania. Praktis, al-Balawi ini menjadi agen rahasia untuk dua negara, Yordania dan Amerika Serikat.
Itu sebabnya, dalam ledakan di Khost, seorang perwira intelijen Yordania, bernama Sharif Ali bin Zeid, ikut tewas. Sharif Ali ini bertugas sebagai pengendali al-Balawi.
Yordania, menurut bekas seorang perwira CIA yang pernah ditugaskan di Afganistan pasca-2001, Jamie Smith, diam-diam banyak membantu Amerika Serikat.
Dinas intelijen Yordania, menurut Smith, memahami budaya orang-orang al-Qaidah yang menjadi buruan Amerika Serikat. Mereka mengetahui orang-orang jahat itu, budayanya, teman-temannya, dan lebih (dari semua orang) soal jaringan tempat mereka berasal," kata Smith.
Dinas intelijen Yordania, juga pintar menginterogasi tangkapan dan mencari mata-mata. Meskipun, dalam kasus al-Balawi, ternyata mata-mata itu kemudian berkhianat kepada mereka.
WASHINGTON POST/NURKHOIRI